Jika Manusia Menggali Kuburan Sendiri

Loading

indexbbbbbbbbbb

Oleh: Fauzi Aziz

INI fakta tak terbantahkan. Manusia sedang menggali kuburnya sendiri akibat tidak tertib mengurus bumi. Di darat semua digali untuk memupuk keuntungan pemilik modal. Hutan lindungpun dibabat, diganti tanaman  yang memberi keuntungan pemodal.

Di lereng gunung dan perbukitan dirambah penduduk sekitar karena di daratan sudah tidak kebagian lahan. Akibatnya sebagai rasa “balas dendam”, penduduk di sekitar gunung dan perbukitan merambahnya demi sesuap nasi.

Akibatnya adalah bencana alam dimana- mana dalam bentuk banjir bandang dan longsor  yang tentu memakan korban jiwa manusia maupun binatang dan harta benda. Hukum alam memang sedang mengancam kehidupan manusia di berbagai belahan dunia.

Welas asih manusia terhadap alam nyaris tidak ada sama sekali. Hukum sebab akibat yang justru bekerja menurut pakemnya. Hukum publik ciptaan manusia tak tahan menahan erosi sikap dan ulah pemodal dan pejabat yang dzalim secara kolaboratif mengeruk batubara dan bahan tambang serta mineral dengan melanggar hukum publik.

Hukum alam dan hukum sebab akibat, tidak mengenal kompromi dan argonya jalan terus akibat tidak dipatuhinya hukum publik oleh segelintir orang yang mengeksploitasi alam tanpa norma, standar dan kriteria kepatutan.

Meskipun norma, standar dan kriteria ada dalam hukum publik, tetapi cenderung dilanggar. Saat musibah dating, proyek kemanusiaan berdatangan. Namun saat waktu pemulihan, semua tiarap karena alasan anggarannya masih diberi tanda bintang(*) alias dananya belum bisa dicairkan.

Pengelola proyek adalah manusia seribu akal. Jika tidak ada proyek bisa pingsan. Padahal tugas menutup lubang adalah pekerjaan yang amat mulia demi kemanusiaan dan alam. Di Freeport kita lihat lubang-lubang menganga sangat dalam. Di Kalimantan dan Sulawesi juga banyak lubang besar dan dalam bekas tambang batubara.

Kita tidak tahu siapa yang harus mengurugnya, apakah pemerintah atau pemilik tambang. Yang jelas selintas pandang belum ada proyek pengurugan. Yang ada malah pembuatan lubang-lubang baru di lokasi lain. Ketika air laut semakin berada di atas permukaan tanah dan daratan, dan makin banyak lubang yang menganga, Indonesia bisa menjadi negara kepulauan yang tidak hanya dikelilingi laut, tapi juga akan terbentuk danau baru dimana-mana.

Penduduk Indonesia akan menjadi manusia perahu karena hidupnya tidak lagi di daratan kering, tapi di daratan yang telah berubah menjadi danau. Bumi tempat kita berpijak wajib diselamatkan bersama karena pasti tidak akan bisa diselamatkan pemerintah sendiri atau pemodal sendiri atau masyarakat sendiri.

Kalau tidak, Indonesia akan tenggelam dan menjadi korban, hukum alam dan hukum sebab akibat. APBN/APBD pasti tidak akan mampu membiayai bumi yang berlubang, hutan yang gundul maupun gunung dan lereng-lereng yang semakin botak.

Kita belum pernah dengar dan saksikan pemerintah pusat dan daerah bersama DPR membahas secara komprehesif tentang kebijakan penyelamatan bumi pertiwi. Yang ada adalah penanganan ad-hoc. Kita harus semakin paripurna menghindari kutukan sumber daya alam dan makin serius menyelamatkan bumi pertiwi yang sedang menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Yang berlubang ternyata bukan di daratan tapi juga di lapisan ozon. Masih adakah bumi yang lebih baik di negeri ini. Semua berpulang pada kita semua. Perlindungan terhadap kelestarian lingkungan adalah keharusan. Cacat cela pengelolaan bumi pertiwi harus diperbaiki sehingga tidak ada jalan lain pemerintah harus membuat rumusan baru kebijakan ekonomi yang berkelanjutan yang lebih berwawasan lingkungan.

Hutan beton harus dibatasi dan hutan tanaman harus diperbanyak, baik  di kota besar atau dikota-kota kabupaten/kota dan pedesaan maupun di sepanjang garis pantai. Inilah janji pembangunan yang mutlak harus dipenuhi sebelum kita musnah karena tenggelam. (penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS