Jembatan Timbang Memperkaya Oknum di Sumut
Laporan: Redaksi

Ilustrasi
MEDAN, (Tubas) – Masyarakat mengharapkan pihak Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) dalam hal ini Dinas Perhubungan untuk lebih intens dan cermat melaksanakan tugas-tugasnya di jembatan timbang. Sehingga, keberadaan jembatan timbang bukan untuk memperkaya oknum-oknum tertentu, akan tetapi benar-benar sebagai saringan agar truk-truk pengangkut barang yang melebihi tonase tidak bebas melintas.
Hal ini disampaikan Tarigan, warga Berastagi kepada beberapa wartawan, baru-baru ini. Begitu pula Siahaan, warga Siantar, Joko Soesilo, warga Tanjung Morawa mengatakan hal serupa kepada beberapa wartawan ketika melakukan investigasi atas operasional jembatan timbang, baru-baru ini.
Tarigan menambahkan, pasca ditangkapnya oknum-oknum petugas di Jembatan Timbang karena melakukan pungutan liar (pungli) oleh pihak Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu), membuat mereka semakin resah. Karena, bila melewati jembatan timbang harus memberi biaya tambahan yang disebut-sebut guna dipakai menalangi kasus hukum yang menjerat teman-temannya tersebut.
Sehingga, walaupun truk yang mereka kemudikan membawa muatan melebihi tonase sekitar 2 ton dari ketentuan, oknum-oknum tersebut akan menagih biaya tambahan antara Rp 200.000 sampai Rp 300.000. Apabila tidak dibayar, muatannya harus ditinggal. Karena muatannya sayur mayur yang cepat busuk, dengan terpaksa, pungutan tersebut diberikan. “Daripada muatan diturunkan dan pasti akan busuk, biaya tambahan terpaksa dibayar,” ujar Tarigan.
Sementara itu, seorang oknum petugas jembatan timbang Doulu mengaku marga Bakkara kepada para wartawan mengatakan, bahwa mereka secara rutin harus membayar setoran bukan hanya kepada pimpinannya, bahkan ke oknum-oknum aparat dengan alasan dukungan operasional komandonya.
Sementara Siahaan warga Siantar menyampaikan rasa gusarnya, di mana akibat truk yang melebihi tonase bebas melintas, jalan sepanjang Siantar – Medan cepat rusak. Disampaikan kejadian aneh, di mana setiap hari ratusan truk pengangkut balok kayu bisa lewat tanpa harus melalui jembatan timbang di Simpang Dua Siantar. “Kalau memang tidak difungsikan atau sudah rusak, lebih baiklah Jembatan Timbang tersebut dicabut,” katanya.
Sihombing, sopir truk pengangkut balok kayu mengaku warga Lintong Nihuta, menyampaikan bahwa walaupun muatan truknya melebihi tonase, pasti bisa sampai ke Tebing Tinggi. Soalnya, taukenya, selaku pemilik puluhan truk yang mengangkut kayu pinus setiap minggu, secara rutin menyampaikan setorannya kepada oknum-oknum tertentu di Jembatan Timbang tersebut.
“Manalah mungkin kami bisa bebas membawa muatan seperti ini kalau tidak ada permainan dengan oknum-oknum aparat terkait,” katanya, sambil menyebutkan setiap truk sekali lewat harus membayar antara Rp 400.000 sampai Rp 500.000. (polim)