Interkoneksi Destinasi Kawasan Pariwisata
Oleh: Efendy Tambunan
PEMERINTAH menargetkan jumlah kunjungan wisata tahun 2016 sebanyak 12 juta Wisatawan Mancanegara (wisman) dan 260 juta Wisatawan Nusantara. Tahun 2019, jumlah kunjungan wisman diproyeksikan menjadi 20 juta wisman. Untuk meraih target tersebut, akselerasi di sektor pariwisata harus dilakukan.
Akselerasi dilakukan dengan memilih 10 destinasi wisata prioritas Indonesia. Destinasi yang dimaksud yakni: Borobudur, Mandalika, Labuhan Bajo, Bromo-Tengger-Semeru, Kepulauan Seribu, Danau Toba, Wakatobi, Tanjung Lesung, Morotai dan Tanjung Kelayang.
Untuk melakukan akselerasi, pemerintah mengalokasikan dana yang cukup besar untuk membangun infrastruktur transportasi ke tempat wisata. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mempermudah akses wisatawan ke tempat wisata.
Kendala Transportasi
Kunci utama meningkatkan jumlah wisatawan adalah mempermudah akses transportasi ke tempat wisata, membenahi tempat wisata, melakukan promosi wisata besar besaran, menambah jumlah event budaya dan meningkatkan jumlah dan kualitas SDM di sektor pariwisata.
Untuk mempermudah akses ke tempat wisata, keberadaan bandara memegang peranan penting. Bandara dekat lokasi wisata harus ditingkatkan pelayanan dan kapasitasnya supaya dapat disinggahi pesawat berkapasitas besar. Kehadiran pesawat lebih besar akan menekan biaya transportasi wisata.
Selain transportasi udara, kualitas infrastruktur transportasi darat masih memprihatinkan. Banyak lokasi wisata yang sulit di akses karena buruknya prasarana jalan dari bandara ke lokasi tersebut. Dampaknya, minat wisatawan mengunjungi tempat wisata tersebut berkurang.
Selain transportasi darat buruk, para wisatawan sulit mengunjungi tempat-tempat wisata yang tersebar di sejumlah pulau. Supaya wisatawan dapat dengan mudah mengunjungi sejumlah tempat wisata, interkoneksi antar tempat wisata harus dibangun. Interkoneksi dapat dibangun melalui transportasi udara, laut dan darat.
Interkoneksi Kawasan
Menurut UNESCO (2009), untuk mengembangkan kegiatan wisata di daerah tujuan wisata, setidaknya harus memiliki komponen-komponen sebagai berikut: Obyek/atraksi dan daya tarik wisata, transportasi dan infrastruktur, akomodasi (tempat menginap), usaha makanan dan minuman, jasa pendukung lainnya (biro perjalanan, penjualan cindera mata, informasi, jasa pemandu, sarana penukaran uang, internet, dll).
Lokasi destinasi wisata prioritas menyebar dan menawarkan keindahan alam dan keragaman budaya yang berbeda. Dekat dengan destinasi kawasan pariwisata strategis masih terdapat sejumlah tempat-tempat wisata yang patut dikunjungi.
Menurut UNESCO (2009), transportasi dan infrastruktur merupakan komponen yang sangat penting sehingga akses transportasi ke tempat wisata yang berdekatan harus dapat dijangkau melalui pesawat perintis atau berbadan lebar, kapal kecil dan jalan darat.
Interkoneksi di kawasan pariwisata di atas perlu dikembangkan untuk memudahkan wisatawan menjangkau ke berbagai wilayah tujuannya. Bandara menjadi simpul interkoneksi akses ke kawasan pariwisata. Demikian juga bandara yang berdekatan harus saling terkoneksi. Selanjutnya bandara perlu diintegrasikan dengan transportasi antarmoda sehingga bisa mempermudah dalam menjangkau berbagai daerah tujuan wisata kawasan pariwisata.
Sebagai contoh, Kawasan Pariwisata Danau Toba dapat diakses dari Medan ke Parapat melalui jalan tol. Selanjutnya Kawasan Destinasi Danau Toba perlu terkoneksi dengan destinasi pariwisata di Pulau Nias dan Mentawai, dimana Bandara Silangit berfungsi sebagai simpul ke Bandara Gunung Sitoli dan Mentawai.
Indonesia mempunyai keragaman etnik, bahasa dan budaya. Artinya, setiap daerah mempunyai ikon wisata yang bernilai jual tinggi, mulai dari ikon makanan sampai keunikan tradisi masyarakatnya. Yang dipromosikan tidak hanya nilai eksotik alam semata tetapi juga kekayaan budayanya.
Selain itu, warga di kawasan wisata harus terus menerus melakukan inovasi dan kreativitas untuk meningkatkan daya tarik wisata.
Karena kemudahan akses transportasi ke destinasi kawasan pariwisata merupakan salah satu upaya untuk menambah jumlah wisatawan, perlu mengintegrasikan jaringan antar bandara dan bandara dengan transportasi darat dan laut.(penulis adalah Dosen Teknik Sipil UKI dan Pendiri Toba Borneo Institute)