Intangible Asset

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

ASET atau harta tidak berwujud. Itulah kira-kira secara harfiah makna intangible asset. Dia lawan kata dari Tangible Asset (aset/harta berujud). Dalam buku neraca, keduanya dicatat di baki debet, yang berarti menunjukkan nilai kekayaan yang dimiliki seseorang atau organisasi pada periode tertentu (biasanya dipublish untuk kurun waktu 6 bulan dan untuk jangka waktu 1 tahun periode pembukuan).

Bagi yang membaca laporan neraca tersebut, paling tidak dapat diketahui beberapa informasi tentang berapa nilai aset yang dimiliki, seberapa besar nilai aset tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban pada periode-periode sebagaimana diuraikan di depan tadi.

Bagi pihak-pihak berkepentingan tentu mengharapkan agar neraca tersebut selalu memberikan gambaran, kinerja terus cenderung positif dan menguntungkan. Ketika kita membicarakan tangible asset dan intangible asset, orang awam pada umumnya hanya berfikir di sekitar tentang tangible asset atau harta yang berujud, yaitu tanah, bangunan dan harta karun lainnya.

Apalagi bila harta tersebut dikonversi dengan nilai uang, maka dengan mudahnya mereka akan tahu berapa besar kekayaan yang dimiliki seseorang atau organisasi pada suatu periode (1 atau 5 tahun berturut-turut). Manakala nilai aset dibuat ratingnya oleh lembaga pemeringkat, maka masyarakat akan tahu berapa besar kekayaan yang dimilki seseorang atau organisasi dan pada saat yang sama diketahui peringkatnya, siapa berada pada urutan nomor 1, nomor 2 dan seterusnya.

Berapa pun rankingnya, kinerja yang diraihnya akan memberikan kebanggaan bahwa dirinya tergolong orang kaya raya, sukses dan masih banyak lagi gelar yang mungkin dapat diraihnya. Tetapi, saat dibicarakan tentang intangible asset, tidak banyak orang yang tertarik, padahal dia juga bisa diberi nilai dan sekaligus pembentuk kekayaan harta tidak berwujud kalau dalam sistem akuntansi, misalnya karya cipta, desain, paten, merek dan lain-lain yang dalam konteks hukum perdata biasa disebut kekayaan intelektual.

Dalam dimensi kehidupan sosial dan ekonomi, dapat dianalisis dalam berbagai keadaan dan bisa dikaitkan dengan situasi yang kontekstual dengan keadaan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dewasa ini. Pertama, secara sosial dan ekonomi, kehidupan manusia, siapapun mereka dan apapun kedudukannya, telah terbius habis-habisan tentang pentingnya kekayaan, terutama yang secara material dapat dinilai dan diukur dengan mudah.

Sikap yang demikian terlahir sebagai akibat dari sistem ekonomi yang secara sadar lebih mengedepankan nilai-nilai yang ukurannya serba benda dan serba uang. Akibat berikutnya adalah manusia terjebak pada situasi pendewaan terhadap materi yang dalam prosesnya akan menjelma menjadi kekayaan yang ukurannya benda dan uang.

Kehidupan manusia yang telah terbius oleh paradigma ini, manusia menjadi terperangkap pada jebakan berikutnya, yaitu raihlah kekayaan kalau anda mau hidup bahagia. Bahkan karena dorongan hawa nafsu yang tak terkendali, manusia terperosok pada jurang kehidupan yang membuat dirinya melakukan tindakan yang amoral dan menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik norma agama, hukum dan adat istiadat.

Semua dia langgar demi kekayaan, demi gengsi, at all cost yang penting bisa menjadi orang kaya tanpa pernah memikirkan akibatnya. Inilah dampak kehidupan bagi manusia secara sosial dan ekonomi ketika mereka mendewakan hal-hal yang serba tangible sebagai ukurannya, sebagai tujuan dan target hidupnya.

Kedua, dalam sisi kehidupan yang lain secara sosial dan ekonomi, manusia sejatinya memerlukan hal-hal yang bersifat intangible, yang dewasa ini banyak dilupakan oleh kita dan tergerus oleh arus yang bersifat serba tangible sehingga manusia terjebak pada pola kehidupan yang rakus, tamak, korup dan pola hidupnya menjadi boros dan konsumtif. Padahal aset yang tak berujud, nilainya juga tinggi, bahkan bisa lebih tinggi dari nilai aset yang bersifat tangible.

Beriman dan bertaqwa kepaad Tuhan adalah aset intangible, jujur, amanah, cerdas, berilmu dan saling berbagi kepada yang lain adalah contoh-contoh aset/kekayaan manusia yang bersifat intangible. Tapi karena tidak semuanya dapat dikurskan dalam bentuk benda atau uang, manusia acap kali mengabaikan dan melupakan kekayaan intangible yang dimilikinya.

Oleh karena itu, sebaiknya kekayaan manusia yang bersifat intangible tidak ditransaksikan (karena sebagian ada yang bisa ditransaksikan seperti kekayaan intelektual, paten, merek, desain dan karya cipta), tetapi sebaiknya hanya boleh ditransformasikan saja atau ditularkan saja, agar manusia memiliki keseimbangan dalam mengelola kehidupannya.

Kalau pemikiran ini bisa diterima, maka tangible asset itu bisa kita nyatakan sebagai aset yang bersifat materiil dan intangible dapat kita nyatakan sebagai aset/kekayaan yang bersifat spirituil. Pandangan ini sengaja dilemparkan agar kita sebagai manusia dalam mengelola kehidupan yang memiliki keseimbangan hidup yang lebih bermartabat dan beradab.

Mengapa harus dipahami dengan cara demikian, karena tujuan hidup manusia itu tidak hanya sekedar mengejar kenikmatan dan kebahagiaan di dunia saja, tetapi juga nikmat dan bahagia hidup di alam akhirat kelak. Dengan menerapkan paradigma pengelolaan aset/kekayaan manusia yang seperti itu juga, diharapkan agar manusia mudah bersyukur kepada Tuhannya atas nikmat rezeki yang diterimanya dengan cara halal, bukan dengan cara yang tidak halal.

Kita tidak tahu apakah hidup kita ini masih lama atau sebentar lagi. Yang pasti akhir kehidupan manusia akan datang pada waktunya. Karena itu jangan lupa memupuk kekayaan bersifat intangible yang sebanyak-banyaknya, supaya hidup kita banyak mendapatkan nilai kemuliaan, bukan nilai kebendaan semata.

Ajarkan dan sebarkan melalui proses pendidikan tentang menabung dan berinvestasi di aset-aset yang bersifat intangible, meskipun tidak dilarang menabung dan berinvestasi di aset yang bersifat intangible sepanjang perolehannya dilakukan dengan cara yang benar dan halal dan selanjutnya dipergunakan dengan cara yang benar dan halal, juga guna memperbesar nilai aset/kekayaan yang bersifat intangible. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS