Industri Otomotif Tulang Punggung Perekonomian Nasional
Laporan: Redaksi

Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Industri otomotif merupakan salah satu sektor strategis yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional karena mampu meningkatkan nilai tambah, menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi bagian dari proses global supply chain.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian telah menjalankan program pengembangan industri otomotif nasional secara simultan, antara lain Program Kendaraan Angkutan Murah, Program mobil penumpang hemat energi dan harga terjangkau buatan dalam negeri, serta Program Pengembangan Kendaraan Low Carbon Emission (LCE).
Hal itu dikatakan Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat usai Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI tentang jawaban atas hak bertanya anggota DPD RI mengenai “Kebijakan Moda Transportasi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) atau Low Cost Green Car (LCGC), di Jakarta, Selasa – 19 November 2013.
Sidang yang dipimpin oleh Ketua DPD RI. Irman Gusman, dihadiri juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Perhubungan EE Mangindaan yang mewakili Pemerintah.
Menperin menegaskan, sesuai Peraturan Presiden No.15 Tahun 2013 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan, Pemerintah meningkatkan dan memperluas Program Pro-Rakyat, dimana salah satunya adalah program kendaraan angkutan umum murah.
Program kendaraan angkutan umum telah dilaksanakan sejak lebih 10 tahun yang lalu melalui kebijakan pengenaan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) sebesar 0% untuk kendaraan angkutan komersil seperti pick up, truck dan bus komersial.
“Fasilitas PPnBM 0% yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2013 berlaku untuk seluruh kendaraan selain sedan atau station wagon sehingga artinya PP ini ditujukan pula untuk mendukung program angkutan umum murah pedesaan”.
Sementara itu, Program mobil penumpang hemat energi dan harga terjangkau buatan dalam negeri atau yang lebih popular disebut Low Cost and Green Car, ditujukan agar mampu “survival” dan memenangkan persaingan industri otomotif di era FTA ASEAN dan Asia Timur. (sabar)