Indonesia di Persimpangan Jalan

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

DEMOKRASI dan desentralisasi sudah kita jalani dengan berbagai tantangannya. Hidup di Indonesia hari ini adalah jauh lebih baik jika dibandingkan zaman penjajahan dahulu. Keterbukaan dan kebebasan sudah bisa dinikmati. Daerah-daerah di Indonesia juga telah menikmati desentralisasi kewenangan yang otonom untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

Ibarat sebuah bangunan, negeri kita ini secara sistemik telah memiliki konstruksi yang memenuhi syarat teknis sebagai negara yang demokratis dan menjalankan sistem desentralisasi dan otonomi daerah. Tapi ternyata tidak cukup hanya mengandalkan struktur bangunan yang secara teknis memenuhi syarat.

Dalam perjalanannya, bangunan itu yang kita sebut sebagai “rumah gadang” Indonesia belum bisa membuat para penghuninya hidup mulia. Kedamaian dan ketentramannya masih suka terusik oleh hal-hal yang kadangkala penyebabnya remeh temeh. Misal, gampang tersinggung dan mudah marah karena ketidak sengajaan.

Nilai kemanusiaannya yang adab mudah terganggu. Padahal ketika Tuhan menugaskan kita semua sebagai para pemimpin di muka bumi diharapkan agar kita dapat berlaku adil, saling membantu dan saling memberi manfaat. Yang kuat membantu yang lemah dan bisa saling menghormati karena manusia ditakdirkan lahir berbeda-beda satu sama lain baik secara pisik maupun mental.

Tapi hingga sekarang Indonesia masih berada di persimpangan jalan seperti terkesan sedang mencari bentuk bangunannya yang baru, tapi arsitekturnya tidak jelas konsepnya. Kesannya bongkar pasang tidak pernah puas dan tidak mensyukuri nikmat pemberian Tuhan. Konsep reformasinya arahnya menjadi salah karena yang terjadi adalah elit politik yang menjadi orang kepercayaan di negeri ini, memanfaatkan konsep hidup aji mumpung.

Memimpin untuk “memuliakan” dirinya sendiri,keluarga dan kroninya.Abai terhadap tanggung jawabnya untuk membuat negeri ini tambah mulya untuk kepentingan nusa dan bangsa. Akibatnya adalah bahwa Indonesia selalu tidak merasa siap ketika dihadapkan dengan kondisi lingkungan nasional maupun regional dan lobal dimana negara-negara lain sudah jauh lebih kuat dan percaya diri untuk membangun negerinya.

Sampai hari ini, ketika pada tahun 2014 akan terjadi pergantian kepemimpinan nasional, yang kita saksikan adalah aksi perebutan kekuasaan. Targetnya baru seperti itu. Kita tidak tahu apa yang akan dikerjakan untuk membawa Indonesia menjadi negara mulia di hadapan rakyat dan para sahabat di Asean atau di kawasan lain dan mulia di hadapan Tuhan.

Apakah pemimpin yang akan datang sanggup bersih-bersih agar rumah gadang Indonesia nampak lebih anggun, asri dan lestari, damai dan menentramkan, serta lebih maju dan berdaya saing.

Bangsa ini telah memiliki berbagai keahlian yang jika dioptimalkan tenaganya pasti bisa memberikan kontribusi bagi penyelesaian masalah. Kesannya masalah yang dihadapi oleh negeri ini makin bertumpuk. Contoh, Indonesia belum pernah berhasil membangun daya saing, padahal isu ini sudah bergaung lama, sejak Orba hingga sekarang.

Kalau kesannya berulang, maka publik bisa bertanya lebih lanjut,yakni lantas apa yang dikerjakan selama ini.Keahlian cukup tersedia,anggaranpun makin besar yang disediakan oleh APBN/APBD untuk bisa mengubah Indonesia tampil lebih baik, tapi pada kenyataannya tetap tertatih-tatih. ***

CATEGORIES
TAGS