IKM Garut Kekurangan Bahan Baku
Laporan: Redaksi

Ilustrasi
GARUT, (Tubas) – Meski belum optimal kapasitas produksi Industri Kecil dan Menengah (IKM) kurangnya bahan baku inpor dan lokal antar daerah, namun kesiapan sektor IKM bisa mengantisipasi tingginya harga BBM. Pelaku IKM tetap bertahan dan siap menghadapi kendala yang dihadapi sehingga ke depan mampu meningkatkan komunitas, kuantitas, maupun kualitas.
Kabid Perindustrian Dinas Perindagkop Kabupaten Garut, Jawa Barat Siti Aminah Rachmawat menambahkan hingga kini Garut masih didominasi kegiatan sektor industri berskala kecil dan menengah yang pada umumnya merupakan industri rumah tangga. Produk industri kecil yang menjadi komoditas andalan Garut kerajinan kulit, jaket kulit, industri batik, sutera alam, dodol, minyak akar wangi dan industri kerajinan anyaman bambu.
Selain itu, ada juga sejumlah komoditi yang telah berhasil menembus pangsa pasar ekspor, seperti teh hitam, teh hijau, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, kulit tersamak dan kain sutera. Namun demikian, peran sektor ini belum menjadi andalan pada kontribusi sektor industri terhadap PDRB.
Sebenarnya, tambah Siti, Garut merupakan kawasan industri yang kalau terus dikembangkan dapat mewujudkan daerah argo industri. Jenis industri terbesar di daerah ini industri argo dan hasil hutan. Sehingga, dengan adanya industri kecil dan menengah (IKM) kalau diperhatikan jumlahnya banyak dan bisa menyerap tenaga kerja.
Jumlah unit usaha jenis industri ini mencapai 82% dari jenis industri lainnya dengan jumlah tenaga kerja mencapai 73% dari tenaga kerja pada industri lainnya. Adapun jumlah sentra, unit usaha, tenaga kerja, investasi, dan nilai produksi dari empat jenis industri di Kabupaten Garut harus terus dikembangkan terutama industri kecil dan menengah (IKM) seperti industri Gulali. (sighar)