Geliat Ekonomi dan Logika Pasar

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

DINAMIKA ekonomi dewasa ini, makin digerakkan oleh faktor sisi permintaan dan logika pasar menjadi pemandunya. Telah terjadi pergeseran begitu rupa, di mana semula digerakkan oleh sisi penawaran. Ibaratnya, sisi permintaan bergerak cepat seperti deret ukur dan sisi penawaran bergerak seperti deret hitung. Sisi permintaan bergerak cepat dan dinamis seiring dengan makin membaiknya tingkat pendapatan masyarakat secara agregat di belahan dunia manapun, khususnya di kawasan Asia.

Pendapatan per kapita per tahun Indonesia pada 2012 telah hampir mencapai sekitar US$ 4.000, atau sekitar Rp 38 juta. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,23%, dengan penghela utama pengeluaran belanja konsumsi masyarakat. Sektor ini menyumbang 54,56% dari total nilai PDB sebesar Rp 8.241,9 triliun.

Namun, karena sistem ekonomi nasional masih menghadapi problem high cost dan faktor ketidakpastian untuk bisa merealisasikan bertambahnya produksi melalui investasi baru maupun perluasan, maka dari sisi pasokan tidak bisa cepat merespons guna menangkap peluang bisnis GDP yang potensinya kuat di dalam negeri dan ekspor.

Akibatnya peran ekspor dalam PDB nasional hanya mampu menyumbang sekitar Rp 1.999,4 triliun dan impor mencapai Rp 2.127,5 triliun.

Artinya, kuatnya posisi tawar dari aspek permintaan total yang menikmati dari sisi pasokan adalah barang impor. Dalam ekonomi yang makin terbuka, akses informasi berlangsung tanpa hambatan segala, proses pengambilan keputusan di bidang publik maupun maupun privat harus bisa dilakukan dengan cepat agar dinamika pada sisi permintaan yang tumbuh seperti deret ukur dapat segera direspons dengan cepat dari sisi pasokan.

Kebijakan yang tidak pro-bisnis harus diperbaiki dan regulasi nasional dan daerah yang justru menghambat bisnis dan investasi harus di re-reregulasi dan diharmonisasikan.

Ekonomi yang makin terbuka hanya membutuhkan satu kondisi, yaitu sistem ekonominya harus efisien dan responsif terhadap perubahan yang terjadi pada sisi permintaan. Contoh paling konkret adalah kebijakan tax holiday.

Dari segi spiritnya kebijakan itu bisa dianggap pro-bisnis, tetapi eksekusinya lambat, karena persoalan prosedural, sehingga kelambatan itu menjadi faktor penghambat untuk merealisasikan investasi. Momennya lewat, kebutuhan tidak bisa disetop, akibatnya pasokan impor yang mengisinya.

Akibatnya, pada tahun lalu kita mengalami defisit neraca transaksi berjalan sebesar US$ 24,183 miliar dan sebanyak US$ 1,62 miliar di antaranya adalah defisit dari neraca perdagangan.

Geliat ekonomi dan logika pasar yang penggeraknya sisi permintaan memang memerlukan dukungan sistem ekonomi yang sangat efisien serta pelayanan yang cepat, dan kedua faktor ini harus menjadi be the first. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS