Budidaya Kepiting Bakau Janjikan Keuntungan Ekonomis

Loading

Laporan: Redaksi

Kepiting bakau

Kepiting bakau

CIAMIS, (Tubas) – Potensi laut Pangandaran cukup besar. Sepanjang pesisir pantai Cimerak, Parigi hingga Cijulang terkenal se­bagai kolam raksasa kaya ikan. Setiap tahun tak kurang 1.560 ton ikan dengan nilai Rp 18 miliar terangkat. Banyak hasil laut maupun air payau menjadi komoditas andalan sepanjang pesisir pantai seperti, ikan, kerang, udang, lobster dan kepiting.

Kepiting bakau (scylla seratta) mudah dijumpai nelayan di perairan payau (campuran antara air tawar dan air laut yang asin) dengan karakteristik banyak tumbuh tanaman mangrove. Masih jarang masyarakat yang tertarik untuk me­nekuni budi daya kepiting bakau. Padahal, jika dikelola dan dikembangkan secara ter­padu, budi daya kepiting ini secara eko­nomis sangat menjanjikan.

Kepiting bakau sangat digemari masya­rakat karena memiliki cita rasa lezat. Dengan kandun­gan nutrisi sejajar crustacea seperti udang. Kepiting ini banyak diminati konsumen baik di dalam maupun di luar negeri. Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan budi daya kepiting bakau secara serius dan komersial.

Selama ini produksi kepiting bakau masih mengandalkan tangkapan dari alam, sehingga kesinambungan produksinya tidak dapat dipertahan­kan. Prospek tersebut langsung direngkuh para nelayan Parigi di Kampung Bojongsa­lawe, Desa Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis.

“Nelayan mulai mengembangkan usaha budi daya kepiting sejak lima tahun lalu,” ungkap Kepala Dinas Kelautanan dan Perikanan Kabupaten Ciamis Endu Suherman kepada Tubas di ruang kerjanya, pekan lalu.

Menurut dia saat ini budi daya kepit­ing bakau tidak harus di laut dan daerah bakau. Dapat juga dibenihkan pada bak-bak terkontrol atau kolam dan tambak. Kepiting bakau atau yang lebih dikenal sebagai kepiting lumpur adalah sebuah sumber daya perikanan pantai yang memi­liki nilai ekonomis tinggi. Apabila digeluti dengan baik dan dikembangkan secara sun­gguh-sungguh akan berdampak positif bagi pendapatan.

Menurut Endu, kepiting bakau sering dianggap hama oleh petani tambak. Hewan ini sering membuat kebo­coran pada pematang tambak. Setelah diketahui memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, keberadaannya banyak diburu dan ditangkap nelayan. Bahkan, telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak.

“Permintaan pasar kepiting bakau oleh sejum­lah rumah makan di objek wisata Pangandaran terus meningkat. Para nelayan di se­tiap daerah sepanjang pantai Pangandaran termasuk Parigi mulai merintis usaha budi daya kepiting bakau,” katanya. (mamay)

CATEGORIES
TAGS