Batu Permata Laku Keras di Pasar Internasional
DENPASAR, (tubasmedia.com) – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat perolehan devisa dari aneka jenis perhiasan perak, emas dan permata lainnya melonjak hingga 60,56%. Selama Januari-Juni 2015 ekspor perhiasan naik menjadi US$15,3 dibandindkan periode periode yang sama 2014 hanya US$9,5 juta.
“Perekonomian dunia boleh lesu namun realisasi perdagangan perhiasan diisi dengan mutiara, batu permata yang dibuat secara antik dan unik laku keras di pasaran ekspor,” kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disparindag Bali Made Suastika di Denpasar, Minggu (13/9).
Di samping itu melonjaknya nilai dolar AS terhadap rupiah tampaknya menguntungkan perdagangan luar negeri termasuk perhiasan hasil karya pengrajin Bali, sebab volume yang diperdagangan berkurang dari 10 juta pcs enam bulan I-2014 menjadi hanya 2,9 juta pcs dalam periode sama 2015. Pengusaha dibidang kerajinan perhiasan di Bali mampu mengikuti perkembangan zaman akan keperluan batu akik atau jenis permata lainnya yang mulai berkembang baik di pasaran dalam maupun luar negeri berpengaruh dalam perolehan devisa di awal tahun 2015.
Pengusaha perhiasan asal Gianyar Made Parsua, mengatakan, realisasi perdagangan luar negeri aneka perhiasan perak buatan perajin Desa Celuk Gianyar yang diisi dengan mutiara, batu permata yang dibuat secara antik dan unik laku keras ke Singapura, Hongkong, Australia dan Amerika Serikat,.
“Kami dalam memenuhi pesanan, memerlukan mutiara, batu permata bahan baku perhiasan dari luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar mancanegara, oleh sebab itu mengimpor permata untuk diekspor kembali, disamping mendapatkannya dari asal Kalimantan,” ujar pengusaha muda itu.
Perkembangan batu akik di dalam negeri semakin terkenal, maka turis asing yang datang melakukan perjalanan wisata ke Bali, juga ada di antaranya ikut arus sehingga banyak juga yang berminat untuk membelinya sebagai cendramata terutama yang memiliki nilai magis. Disamping itu permata yang dibeli pengusaha setelah di sini dipadukan dengan rancangan perhiasan yang diproduksi masyarakat Bali, kemudian diekspor kembali dan mata dagangan bernilai seni tersebut ternyata laris di pasar ekspor terbulti kenaikan perolehan devisanya cukup menjanjikan.
Pembelian salah satu komponen perhiasan yang dipadukan dengan perak dan emas rata-rata US$900.000 per bulan, dan bahan baku aksesori tersebut setelah diolah dan ditambah dengan seni budaya Bali kemudian diekspor kembali sesuai permintaan pasar. Permata yang dibeli oleh pengusaha di Bali umumnya didatangkan dari Asia seperti asal Thailand, Tiongkok bahkan ada yang dari Eropa, disamping dipenuhi dari permata produksi dalam negeri seperti asal Kalimantan dan Sumatera.
“Tidak saja wisatawan asing yang senang dengan perhiasan yang diisi permata dan logam mulia pelancong nusantara juga banyak mengoleksi aksesori dengan permata yang dibubuhi batu permata yang konon memiliki kasiat apalagi promosi juga tersebar lewat dunia maya,” tutur Parsua. (ril/roris)