Bak Bunga Rupawan, Namun Tak Berbau Apa-Apa
Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi
SEKUNTUM bunga saat musimnya mekar pada umumnya mengeluarkan aroma yang menyegarkan, seperti mawar, sedap malam, melati, kenanga, anggrek, kecuali bunga bangkai. Para pemiliknya atau pecintanya pasti amat menyenanginya dan bahkan segala bentuk keruwetan hidup bisa dihilangkannya.
Stres hilang, mau marah menjadi sirna, ditagih utang tersenyum dan bahkan santun menjawabnya bahwa utangnya belum bisa dilunasi hari itu, dan berjanji akan dibayar pada hari lain tatkala bunga-bunga mulai mekar. Inilah sisi kehidupan yang patut kita rawat agar hubungan antarmanusia dapat berlangsung cair, alamiah, dan nyaris tanpa harus terus bersitegang mengumbar perseteruan dan permusuhan.
Coba sekali-sekali berkunjung ke taman bunga di saat seluruh tanamannya sedang mekar dalam aneka warna yang menawan nan indah menyejukkan.Yang suntuk mulai bisa tersenyum, dan yang lagi sewot bisa mereda. Yang lagi tidak mood dengan istri tercintanya dapat berubah menjadi membara cinta kasihnya seperti sewaktu mereka pertama kali melihat taman bunga itu saat cinta pertamanya bersemi.
Tanaman bunga atau kebun bunga dilihat dari sudut mana pun akan enak dan indah dipandang di waktu bunganya bermekaran. Aroma sedapnya tercium begitu menggairahkan.
Namun, jika tanaman bunga itu rimbun dedaunanya, dan bunganya bermekaran, tetapi aromanya tidak keluar, maka nilai manfaatnya bagi para pecintanya pasti akan berkurang. Dukanya pasti ada sambil bertanya-tanya kenapa bunganya mekar, tapi tidak semerbak harumnya?
Mari kita tarik dalam kehidupan nyata. Bunga indah bermekaran tapi tak berbau atau beraroma apa-apa. Dalam konteks kehidupan nyata, ibaratnya banyak program dicanangkan dan hampir tidak ada satu pun progam yang tidak indah visi, misi, dan sasarannya, namun pada pelaksanaannya tidak menghasilkan output dan outcome yang bisa bermanfaat bagi masyarakat/kelompok sasaran.
Orang bilang hanya untuk keperluan pencintraan saja, bagi si empunya progam. Indah disampaikan saat mau pemilukada. Serangkaian bunga-bunga indah ditaburkan, tapi bunga-bunga itu tidak beraroma apa-apa setelah proses pemilukada berhasil dimenangkannya. Apa yang terjadi, pasti kekecewaan, kemarahan, dan ketidakpercayaan karena masyarakat merasa diperdayakan oleh janji-janji palsu, bak bunga indah yang mekar, tapi tak beraroma apa-apa.
Selaras Kebutuhan
Implikasinya bisa serius bagi kehidupan dalam masyarakat. Bisa terjadi benturan sosial yang berakibat fatal. Si empunya bunga asyik dengan permainannya sendiri setelah terpilih, dan nyaris tidak peduli bahwa para pecintanya kecewa dan marah. Dia tak pandai merawat bunga-bunga indah, karena itu tatkala mulai mekar tak satu pun mengeluarkan aroma sedap yang menyenangkan bagi para pecintanya.
Boleh jadi kalau pun aromanya keluar, baunya seperti bunga bangkai yang menyengat hidung. Program yang indah, tapi tidak dikelola dengan baik, dan dana perawatannya malah dipakai sendiri alias dikorupsi.
Ke depan, kita berharap agar negeri ini benar-benar terpimpin dengan baik. Pencitraan atau personal branding, tetap penting bagi siapa saja yang bercita-cita menjadi seorang pemimpin. Tetapi, harus selaras dengan kebutuhan. Jangan hanya bisa berorasi dengan mengatakan bahwa negeri ini akan dijadikannya seperti taman bunga yang indah dan di saat mekar aromanya wangi dan menenangkan, tapi realitasnya jauh panggang dari api.
Selama satu dasawarsa masyarakat sudah terlalu kenyang dengan janji dan janji, tetapi miskin realisasi yang bisa membawa perubahan kehidupan yang lebih baik, aman, damai dan menenteramkan. Semua ada batasnya dan ada aturannya serta ada konsekuensi. Jika kita menaman tanaman bunga yang indah, harapannya tentu pada saat mekar menghasilkan aroma yang wangi dan menyegarkan, bukan sebaliknya tak mengeluarkan bau apa-apa.
Semoga segala bentuk gejolak sosial bisa diredam dan diselesaikan dengan semangat persaudaraan. Indah negeri ini, sayang kalau tidak dikelola dan dirawat dengan baik. Tanaman bunganya beraneka rupa yang kita akui sebagai ciri kebinekaan warisan budaya bangsa yang Tuhan takdirkan hanya ada di Tanah Air tercinta Indonesia.
Majulah bersama, dan mekarlah bersama sebagai bangsa yang memiliki keindahan alami yang multietnik, multikultur sebagai sumber kekuatan untuk tumbuh menjadi bangsa yang besar. Harumkan negeri bak bunga yang bermekaran dengan aroma wewangian tanpa saling mengganggu. ***