Antara Menyerah dan Putus Asa

Loading

Oleh: Dwija

Ilustrasi

Ilustrasi

BARANGKALI hampir semua pembaca sudah pernah menemui kesulitan. Kesulitan itu terasa (timbul) kalau persoalan yang kita hadapi tidak lagi dapat kita selesaikan secara biasa. Tidak dapat lagi kita selesaikan secara rutin menurut kebiasaan yang sudah-sudah.

Kita terpaksa berusaha lebih daripada biasanya untuk memecahkan persoalan itu. Adakalanya usaha kita itu mengalami kegagalan, walaupun semua daya dan kemampuan kita telah habis kita kerahkan. Kalau taraf penyelesaian persoalan ini telah sampai pada titik seperti itu kita harus waspada. Harus waspada karena pada titik itulah berpangkalnya jalan simpangan yang menuju ke daerah gelap, daerah putus asa.

Sekali kita masuk ke daerah itu sukarlah untuk ke luar kembali. Oleh karena itu, kita harus waspada. Tulisan singkat ini mudah-mudahan dapat berguna bagi mereka yang sampai dititik yang berbahaya itu agar tidak menuju daerah gelap itu.

Putus asa berarti bahwa segala tindakan (usaha) kita telah terhenti, telah mandeg. Mandeg karena kita tidak lagi dapat melihat bahwa usaha kita akan berhasil. Terhentinya usaha memecahkan persoalan tersebut disebabkan karena pikiran (angan-angan) kita telah lumpuh, telah sampai batas kemampuannya.

Oleh karena tidak dapat melihat adanya harapan untuk dapat memecahkan persoalan itu, maka perasaan orang yang berputus asa adalah gelap, negatif. Akibat kelumpuhan angan-angan dan gelapnya perasaan itu maka orang tersebut diombang-ambingkan oleh murkanya nafsu; keinginan, kemauan, kepuasan. Bukan lagi pikiran yang mengendalikan keinginan dan kemauan seperti layaknya, melainkan keinginan dan kemauan yang mempermainkan pikiran, sampai pikiran tidak dapat berpikir logis.

Jadi, tindakan orang yang berputus asa tidak wajar, tidak teratur, tidak terencana. Misalnya tindakan bunuh diri. Tindakan itu tidak terencana untuk menyelesaikan persoalan tadi dengan wajar (tindakan bunuh dirinya terencana).

Mengapa orang dapat sampai pada jalan putu asa itu? Mengapa pikiran jadi lumpuh tidak berdaya? Oleh karena banyak orang melupakan Sang Penciptanya, sehingga pikirannya tidak dapat lagi menerima tuntunan dari-Nya. Orang yang gelap pikirannya tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat dan akhirnya putus asa karena lelahlah angan-angannya.

Itulah sebabnya pikiran/angan-angan kita harus selalu ingat dan sadar bahwa kita adalah hamba Tuhan yang berada dalam kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Kesadaran yang kuat pada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa akan menumbuhkan watak bijaksana pada seseorang. Sehingga ia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang fana dan mana yang baka. Orang yang selalu dalam keadaan sadar, hatinya terang dan pikiran juga akan menjadi terang, ia tidak akan lumpuh tidak berdaya.

Kesadaran seseorang pada Sang Maha Pencipta, tidak berhenti sampai di sana, tetapi kesadaran itu perlu diikuti rasa percaya yang bulat kepada-Nya, oleh karena apabila seseorang telah sadar dan mengerti bahwa ia adalah hamba Tuhan yang berada dalam kuasa dan kebijaksanaan Tuhan, tetapi ia tidak percaya 100% pada kekuasaan Tuhan yang Mahadasyat, maka ia akan selalu berada dalam rasa ketakutan, cemas, curiga dan sikap negatif lainnya.

Kita harus percaya bahwa setiap kejadian yang kita alami tidak lepas dari sifat kebijaksanaan Tuhan. Kalau kita mau percaya akan hal itu, maka kita akan kuat menjalani kehidupan ini, apa pun yang terjadi dan tidak akan berputus asa ketika mengalami kesulitan yang berat, karena rasa percaya yang kuat kepada Tuhan akan menumbuhkan sifat berani, tabah dan tahan penderitaan.

Jadi, agar tidak lekas putus asa usahakan agar dapat selalu menyerah pada kuasa dan kebijaksanaan Tuhan. Latihannya, hadapi dan jalani setiap kehidupan yang harus dilewati tanpa mengeluh, landasi dengan kesadaran kepada Tuhan, melalui mengingat selalu Namanya, Sifatnya yang Mahaluhur, Mahabijakasana, Mahakuasa, Mahaadil dan sebagainya, lalu serahkan semua hasil karya kita kepada-Nya. Maka jauhlah semua rasa putus asa.***

CATEGORIES
TAGS