Airlangga Cocok Jadi Ketum Golkar, Akom Ingkar Janji dan Setnov Terlibat Kasus Papa Minta Saham
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Figur caketum Partai Golkar yang dianggap punya integritas di mata publik dengan mempertimbangkan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDLT) adalah sosok Airlangga Hartarto, disusul Ade Komarudin, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Aziz Sjamsudin dan Setya Novanto.
“Kenapa saya katakan Airlangga yang layak jadi ketua umum Golkar, karena Airlangga adalah calon yang paling tidak tercela, saya tidak pernah mendengar kesalahannya. Kalau Ade Komarudin kan jelas dia ingkar janji, dengan surat itu, katanya tidak akan mencalonkan diri, tapi akhirnya dia nyalon,” kata Pengamat politik Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara kepada wartawan, Selasa (10/5).
Igor juga menyoroti masalah pemakaian jet pribadi para kandidar. Menurutnya, itu harus dipersoalkan. “Kalau Novanto ujarnya tak pantas lagi maju kasus papa minta saham yang merupakan pelanggaran. Harusnya masalah seperti ini dibahas di Dewan Pertimbangan partai,” terangnya.
Berdasarkan telepolling yang dilakukan beberapa hari lalu, kata Igor, sosok Airlangga Hartarto sangat berpeluang menjadi ketum baru Partai Golkar. Alasannya, Golkar butuh ketua umum yang bersih, punya gagasan baru membangun partai dengan rekam jejak tidak tercela.
Sebagai kader Golkar, Airlangga dinilai loyal, santun dan tidak punya masalah hukum, termasuk tidak pernah dipanggil KPK. Selama menjabat anggota DPR tiga periode, publik tidak pernah mendengar berita negatif tentang Airlangga dari aspek apapun. Sebagai pejabat publik, Airlangga juga rutin melaporkan harta kekayaan kepada yang berwenang.
Airlangga, menurut Igor, juga merupakan caketum Partai Golkar yang berusia muda, sederhana, punya visi dan misi berani menolak politik uang dan mahar politik. Sebagai salah satu penggagas good governance, Airlangga punya kompetensi menularkan antipolitik transaksional ke dalam tubuh Golkar.
“Itu sebab Airlangga berani melontarkan ide perwujudan desentralisasi wewenang kepada DPD 1 dan DPD 2 untuk Partai Golkar,” demikian Igor. (red)