Tunas Bangsa Membangun Peradaban
Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi
KEHIDUPAN terus berputar dan perputarannya diharapkan bisa menggerakkan nalar dan perasaan manusia menuju ke keseimbangan baru kehidupannya di dunia yang akan mampu mengeliminasi segala bentuk kerusakan, apapun bentuk kerusakan tersebut.
Kita bisa bayangkan apa jadinya kalau segala macam instrumen penggerak kehidupan itu rusak. Apa sebuah cita-cita bisa digerakkan dengan instrumen yang rusak ? Rasanya mustahil dan kalaupun bisa, hasilnya pasti tidak baik dan pasti rusak yang berujung mubazir tiada guna.
Instrumen utama dan bersifat menentukan sebagai penggerak kehidupan, adalah manusia. Yang menggerakkan adalah nalar dan perasaannya. Sebuah peradaban, baru bisa lahir tergantung pada manusia sebagai penggerak utamanya. Peradaban menjadi hancur, juga manusia yang menggerakkannya.
Oleh sebab itu, peran tunas bangsa dalam membangun peradaban baru menjadi penting dan menenttukan di masa depan. Misi utama yang harus diemban adalah menciptakan kehidupan di bumi dan lingkungannya yang lebih damai, sejahtera dan makmur. Sumber inspirasi utamanya adalah menggali sedalam-dalamnya makna esensial peran manusia sebagai wakil Tuhan di bumi.
Misinya yang lain adalah memperbaiki segala bentuk kerusakan di bumi sepanjang masih bisa diperbaiki. Namun jika kondisinya sudah sangat kronis dan akut, lebih baik disingkirkkan dan dibesituakan. Alasannya, kalau instrumen sudah tidak dapat diperbaiki, lebih baik diganti baru agar jalannya roda kehidupan bisa normal kembali tanpa ada gangguan apapun.
Menjalankan dua misi besar dalam membangun peradaban baru, pada waktu yang bersamaan tidak mudah. Tapi tunas bangsa harus menjawabnya. Kalau tidak, maka tunas bangsa akan terperangkap di lubang yang sama, yakni gagal membangun peradaban baru, gagal menjadi wakil Tuhan di bumi yang bisa menciptakan kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran.
Gagal menciptakan keserasian, keseimbangan dan keselarasan hidup dalam berpenghidupan. Tunas bangsa dianggap tidak berhasil memanajemeni nalar dan perasaannya untuk mengelola kehidupan di bumi yang lebih produktif, saling memuliakan sesamanya sebagai bekal hidup yang akan menghasilkan kemuliaan di sisi Tuhannya.
Peradaban baru yang harus dibangun, tujuan akhirnya hanya satu, yakni tidak akan membawa apapun yang pernah dihasilkannya di bumi kecuali amalan-amalan, baik yang dibawanya untuk dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada sang pemberi mandat ketika Tuhan dengan ketetetapannya menjadikan manusia sebagai wakilnya di bumi.
Dengan demikian, tunas-tunas bangsa, para arsitek perancang dan pelaksana proyek peradaban, baru harus mampu bekerja dengan maksimal untuk menghasilkan karya besar yang tidak destrukuktif, tetapi yang mendatangkan manfaat bagi orang lain dan bagi kehidupan itu sendiri.
Koridornya adalah tunduk dan patuh kepada hukum Tuhan, hukum alam dan aturan main yang dibuat oleh para tunas bangsa itu sendiri agar peradaban baru yang dicita-citakan bisa terlaksana. Hukum Tuhan adalah sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di bumi. Peradaban punah karena manusia melupakan hukum Tuhan, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Hukum Tuhan berlaku sepanjang masa dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kerusakan terjadi dimana-mana karena manusia berani melanggar dan menabrak hukum Tuhan, hukum alam dan hukum buatan manusia itu sendiri. Artinya peradaban menjadi hancur karena ulah manusia itu sendiri yang gagal mengemban amanah mengelola kehidupan.
Semoga para tunas bangsa sempat membaca opini ini. Kehidupan di bumi yang sebagian telah rusak hanya bisa diperbaiki dan diselamatkan oleh peran tunas bangsa yang bisa sukses membangun peradaban baru yang membawa kehidupan yang damai, sejahtera dan makmur lahir batin yang prosesnya digerakkan oleh nalar dan perasaannya yang suci karena tidak pernah melupakan bahwa hidup dan cara berpenghidupan di bumi ini, dikontrol oleh penguasa tunggal, yakni Tuhan sang pencipta dan sang pemberi mandat. ***