TPDI & Perekat Nusantara Layangkan Somasi Kepada Presiden Joko Widodo
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Advokat-Advokat TPDI dan Perekat Nusantara melayangkan somasi kepada Presiden Joko Widodo, atas beberapa kebijakan dan perilaku politik berupa penyalahgunaan wewenang yang menimbulkan anomali dalam pemerintahan dan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat Insonesia.
Somasi ditandatangani tujuh Advokat TPDI dan Perekat Nusantara: Petrus Selestinus, Erick S Paat, Carrel Ticualu, Robert B Keytimu, Richi Moningka, Jelani Christo, Pitri Indrianityas, Roslina Simagunsong, Jemmy Makolensong dan Davianus Hartoni Edy.
Dalam somasi ditegaskan beberapa hal penting terkait putusan MK No.90/PUU-XXI/2023, tanggal 16 Oktober 2023 dengan segala dampak ikutannya.
Putusan MK No.90 dimaksud, sebagai puncak gunung es, yang membuka tabir dinasti politik dan nepotisme dalam pemerintahan Presiden Jokowi dan berpotensi membawa malapetaka bagi bangsa Indonesia karena melenceng dari UUD 1945, TAP MPR RI dan UU Negara RI yang secara tegas melarang nepotisme.
“Namun nepotisme telah berjalan tanpa hambatan menguasai beberapa lini kekuasaan di eksekustif dan yudikatif dengan segala dampak buruknya, tanpa bisa dihentikan hingga saat ini,” kata Petrus.
Disampaikan juga dalam somasi itu, bahwa hari-hari ini publik menyaksikan satu per satu institusi negara mengalami pengrusakan secara sistemik (MK, KPU, POLRI, KPK, dan lain-lain) sebagai dampak dari putusan MK No. 90/PUU-XXI/ 2023, tanggal 16/10/2023, yang memperkuat nepotisme yang terjadi antara Presiden Jokowi dengan iparnya Anwar Usman, Ketua MK ketika itu.
TPDI dan Perekat Nusantara melihat ada upaya terselubung berupa sentralisasi kekuasaan di tangan Presiden Jokowi dengan pola menyandera figur-figur tertentu yang diketahui tengah bermasalah hukum, terutama figur yang memiliki kekuatan politik yang diduga bermasalah dengan korupsi dimanfaatkan untuk menyandera hak-hak politiknya demi mengamankan kebijakan dinasti politik Presiden Joko Widodo dan kroni-kroninya.
Apa yang terjadi dengan politik dinasti dan nepotisme melalui rekayasa hukum dengan cara menguasai instrumen konstitusi dan hukum lewat nepotisme dan bentuk penyalahgunaan lainnya, kata Petrus, jelas bertentangan dengan TAP MPR RI No. XI/MPR/1998 jo. TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 jo. TAP MPR No.VI/MPR/2001, jo UU No.28 Tahun 1999, pada hari-hari ini telah menimbulkan anomali dalam kehidupan bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat.
Hari-hari ini publik disuguhi berbagai ekspresi dalam berbagai bentuk (meme, penggunaan narasi dan diksi yang seram-seram dan melampaui batas norma sosial dan budaya di berbagai media sosial sepanjang hari, sebagai ekspresi ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi).
Sindiran, cemooh dan kata-kata kasar lainnya, terjadi secara masif berjalan hampir dua bulan lamanya dialamatkan kepada Presiden Jokowi dan keluarga.
Hentikan
“Jika tidak diakhiri dengan perbaikan dan pemulihan ke arah normalisasi berupa mengembalikan aparatur negara pada fungsi sesungguhnya, hentikan memperalat aparatur negara dalam poltik praktis, jika dibiarkan akan memperburuk keadaan menuju frustasi sosial dan menuju krisis kepercayaan publik kepada Pemerintahan Presiden Jokowi,” jelas Petrus.
Untuk itu TPDI dan Perekat Nusantara meminta kepada Presiden Joko Widodo, agar dalam waktu 7 hari terhitung sejak somasi ini diterima, segera mengakhiri anomali yang terjadi di dalam pemerintahan dan di tengah masayarakat, dengan cara menormalisasi kehidupan politik dan hukum berupa antara lain :
- Kembalikan Aparatur Negara, Polri, Kejaksaan, KPU, Bawaslu, MK dll. pada fungsi yang sesungguhnya dan kembalikan netralitas Aparatur Negara susuai UU.
- Hentikan segala bentuk intimidasi dan penekanan oleh aparat penegak hukum terhadap tokoh-tokoh politik dan sosial budaya yang melakukan aktivitas politik maupun budaya.
- Hentikan segala bentuk nepotisme yang terkait dengan dinasti politk Presiden Jokowi.
- Benahi KPK dan segera kembalikan kedigdayaan KPK sesuai dengan cita-cita reformasi.
- Hentikan praktek penyalahgunaan wewenang dalam segala bentuk terutama yang bersumber dari dinasti politik dan nepotisme.
- Hentikan praktek politik menyandera tokoh politik tertentu yang sedang bermasalah hukum, untuk melanggengkan dinasti dan nepotisme dalam pilpres 2024.
Apabila dalam waktu 7 x 24 jam setelah somasi diterima, ternyata Presisen Jokowi tidak mngindahkan dan membiarkan aparaturnya ikut dalam kegiatan politik praktis dan merusak netralitas aparatur negara dalam tahapan Pemilu dan Pilpres, maka dengan sangat menyesal TPDI & Perekat Nusantara akan menggugat Presiden Jokowi dan kroni-kroninya sebagai telah melalukan “Perbuatan Melanggar Hukum oleh Pejabat Negara atau Penjabat Pemerintahan, ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku. (sabar)