Tim Jerman Lebih Berpeluang

Loading

Oleh: Enderson Tambunan

ilustrasi

LAGA memperebutkan trofi Piala Dunia 2014, antara Jerman dan Argentina, di Stadion Maracana, Kota Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (13/7) waktu setempat atau Senin dinihari WIB, disebut-sebut berbagai kalangan sebagai ulangan final Piala Dunia 1986 dan 1990. Pada final 1986, tim nasional Argentina keluar sebagai juara setelah memukul Jerman 3-2. Sedang pada 1990, giliran tim Jerman yang mengalahkan Argentina 1-0.

Tentu, suasana pertandingan di Maracana nanti, setelah belasan tahun berlalu, sudah berbeda jauh, terutama dari sudut pelatih dan pemain. Strategi dan pola permainan mungkin sama saja, tapI para pemain kedua tim dan atmosfer pertandingan, sudah pasti berbeda jauh. Tekad hanya satu, memboyong trofi Piala Dunia ke negaranya. Maka, banyak pula pihak yang menyebut, jumpa Jerman dan Argentina di Brasil adalah pertandingan klasik, yang bakal memainkan “tarian” indah.

Lebih menarik lagi, kedua tim jelas bermental juara. Mari kita lihat tim Jerman, yang kala itu masih Jerman Barat, tiga kali tampil sebagai juara PIala Dunia, yakni pada 1954, 1974, dan 1990. Itu belum terhitung kemampuan mereka masuk ke babak semifinal. Prestasi tim Argentina, juga tak kalah menarik, yakni pada 1979 dan 1986 menorehkan tinta emas, gelar juara. Kedua tim juga melahirkan sejumlah pemain legendaris, yang setiap kali Piala Dunia digelar, nama mereka sering disebut-sebut.

Banyak Kejutan

Piala Dunia 2014, yang mengambil tempat di 12 kota di Brasil, memang melahirkan banyak kejutan. Termasuk tumbangnya juara Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dan favorit juara 2014, yakni tim nasional Spanyol, disusul Inggris, Italia, Brasil, Belanda, dan lainnya. Selain itu, kita mencatat beberapa pemain ternama cedera hingga tidak dapat meneruskan pertandingan. Kita sebutlah di antaranya, Neymar dari Brasil dan Di Maria dari Argentina. Sekalipun diwarnai permainan keras, namun kita tetap mengacungkan jempol bahwa sportivitas, yang dislogankan dengan Fair Play, tetap dijunjung tinggi.

Perjalanan Jerman dan Argentina ke babak final diwarnai oleh perjuangan yang sungguh berat, tapi tetap mampu menampilkan permainan menarik. Pada babak penyisihan, misalnya, Jerman memukul telak Portugal 4-0. Tapi, yang mengagetkan lagi, skuad asuhan Joachim Loew itu memukul tuan rumah Brasil 7-1. Padahal, tim Brasil disebut-sebut salah satu favorit juara. Sedang Argentina memastikan diri melangkah ke final setelah dengan susah-payah menumbangkan tim Belanda pada babak perempat final dalam adu penalti yang menegangkan, 4-2.

Pertandingan Argentina melawan Belanda memang menguras tenaga tim asuhan Alejandro Sabella itu. Setelah melewati pertandingan 2 x 45 menit tanpa gol, kedua tim memasuki pertandingan dengan perpanjangan waktu. Hasilnya pun imbang dan pada akhirnya kemenangan “tim Tango” ditentukan oleh “penembak jitu” dari titik penalti, serta keandalan kiper mereka, Sergio Romero, menghalau dua tembakan eksekutor Belanda, Wesley Sneijder dan Ron Vlaar, dalam adu penalti. Skor 4-2 untuk Argentina.

Perihal skuad Jerman, kita mencatat pernyataan mantan pemain Belanda, Giovanni van Bronekhorst, yang menyebutnya sebagai kesebelasan modern dan komplet. Mereka bisa bergerak cepat dan kemudian menyerang. Jerman menguasai semua sisi permainan bola modern. Ia pun berpendapat, bila gaya itu tetap dipertahankan, Jerman bakal jadi juara.

Sedang bagi legenda sepakbola Jerman, Lothar Mattheus, permainan tim Jerman dalam Piala Dunia 2014 agaknya tidak terlepas dari sentuhan Josep Guardila, pelatih klub Bayern Muenchen. Katanya, banyak pemain Muenchen yang mengisi posisi penting di tim Joachim Loew.

Argentina pun adalah tim kuat, yang mampu merubuhkan impian tim favorit, seperti yang ditunjukkan pada saat mengalahkan tim Belanda. Argentina punya beberapa pemain andalan, seperti: Lionel Messi, Di Maria, Sergio Aquero, dan Javier Mascherano. Nama yang terakhir ini mampu menggalang kekuatan lini tengah pada saat menghadapi Belanda. Sayang, pada babak final, Di Maria tidak dapat tampil, karena cedera. Legenda sepakbola Argentina, Diego Maradona, pun optimistis tim Tango akan dapat mengulang kesuksesan pada 1986 saat menaklukkan tim Jerman Barat. Saat itu, Maradona adalah kapten tim Argentina.

Komentar Pelatih

Pelatih Jerman, Joachim Loew, ketika ditanya wartawan, mengatakan, Argentina memiliki pertahanan yang kuat. Itu sudah diperlihatkan ada saat menghadapi Belanda. Ia pun memuji Messi dan Gonzalo Higuain. Pujian itu dapat pula diartikan, para pemain Jerman harus mengantisipasi gerakan kedua pemain tersebut.

Menghadapi babak final nanti, pelatih Argentina, Alejandro Sabella, mengatakan, salah satu yang menguntungkan tim Jerman adalah kesebelasan berjulukan “Der Panzer” itu punya lebih banyak waktu untuk beristirahat sebelum memasuki pertandingan final. Apalagi, dalam pertandingan di perempat final melawan Brasil, Jerman tidak sampai memasuki pertandingan perpanjangan waktu. Sementara tim yang dilatihnya, Argentina, harus melewati masa perpanjangan waktu dan diakhiri dengan adu penalti. Pertandingan tersebut menguras tenaga para pemain.

“Beberapa pemain kami cedera dan keletihan,” kata Sabella. Kamis (10/7). Ia juga mengemukakan, Jerman mampu menciptakan pemain yang dapat memainkan sentuhan Amerika Selatan. Mereka memainkan gaya sepakbola Jerman yang mengagumkan, dengan kekuatan fisik, taktik, dan keandalan mental. Sekalipun demikian, Sabella menjanjikan timnya akan bekerja keras, rendah hati, dan serius. “Kami akan melakukan apa pun untuk mencapai puncak,” katanya.

Kemampuan tim Jerman mengalahkan tuan rumah Brasil, yang sebenarnya juga difavoritkan tampil di babak final, dengan angka telak 7-1, tentu menjadi salah satu acuan penting dalam menilai kehebatan tim tersebut. Joachim Leow sebagai arsitek strategi dan gaya atau pola permainan di lapangan rumput, tentu sudah mempelajari habis-habisan penampilan Argentina pada saat melawan Belanda.

Sebagai tim yang lebih dulu memastikan diri masuk ke final, Joachim dan skuadnya punya kesempatan lebih awal dan lebih banyak untuk mengamati permainan tim yang akan dihadapinya, dalam hal ini, Argentina atau Belanda. Lagi pula, tentu Jerman ingin memecahkan rekor sebagai tim dari benua Eropa pertama yang berhasil sebagai juara Piala Dunia yang diselenggarakan di benua Amerika. Tidak berlebihan menyebutkan, peluang untuk menang lebih banyak dimiliki tim Jerman. ***

(dari berbagai sumber)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS