Thailan Tantangan Utama bagi Indonesia di Sektor Industri Baja

Loading

im

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Jelang MEA 2015, industri baja nasional diharapkan mampu bersaing dengan industri baja dari tiga negara yaitu Thailand, Vietnam, dan Malaysia.

“Skema pasar bebas tersebut memang memungkinkan kita untuk mengekspor baja ke negara-negara Asean. Di sisi lain, potensi impor baja dari luar negeri juga bisa semakin terbuka,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta Rabu (04/11/2015).

Upaya untuk mendorong kinerja serta pertumbuhan industri baja, kata Putu, terus dilakukan kementerian perindustrian.

“Industri baja merupakan sektor strategis yang terus dikembangkan karena sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara, misalnya pembangunan fasilitas infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, maupun bandara,” kata putu.

Putu memaparkan, potensi industri baja di tiga negara Asean itu, masuk ke pasar Indonesia, cukup terbukti. Ini menjadi tantangan berat bagi Indonesia. Pertama, Thailand yang merupakan pasar baja terbesar di Asean dengan konsumsi mencapai 17,3 juta ton pada 2013. Negara tersebut mendapat suntikan investasi dari Posco Galvanizing dengan kapasitas 450.000 ton per tahun. “Tentu ini tantangan bagi industri besi galvanis kita,” ujarSuryawirawan.

Sedangkan Vietnam, lanjutnya, memiliki pasar terbesar kedua di kawasan Asean. Pertumbuhannya lumayan tertinggi, rata-rata di atas 20% dala tiga tahun terakhir. Konsumsi baja Vietnam mencapai 14,5 juta ton per tahun.

“Saat ini di Vietnam sedang dibangun fasilitas peleburan baja (blast furnace) Formosa Ha Tinh’s dengan kapasitas mencapai 3,5 juta ton per tahun yang akan beroperasi akhirtahun ini atau minimal awal tahun depan,” katanya.

Terakhir, papar Suryawirawan, Malaysia memiliki pasar baja terbesar ke-empat sebesar 10,2 juta ton per tahun. “Yang patut diwaspadai, negeri ini (Malaysia) selalu mencatat pertumbuhan industri besi baja yang positif,” tutur Putu.

Saat ini, katanya, industri baja nasional menunjukkan perkembangan positif. Tercatat ada 352 industri baja nasional yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Industri ini menyerap tenaga kerja sebanyak 200.000 orang dengan kapasitas produksi 14 juta ton per tahun.

Sementara itu, ekspor baja pada 2014 mencapai US$ 2,23 miliar, atau naik 16,91% di banding 2014 senilai US$ 1,91 miliar. Sedangkan nilai impor baja pada 2014 sebesar US$ 12,58 miliar. Atau turun 0,19% di bandingkan 2013 senilai US$ 12,6 miliar.

“Di sisi lain, kebutuhan baja domestik terus meningkat dari 7,4 juta ton pada 2009 menjadi 12,7 juta ton pada 2014, dan diprediksi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS