Laporan: Redaksi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – “Ini adalah film yang sangat inspiratif. Film tentang makna hidup dan cinta yang sesungguhnya,” ujar Chand Parwez Servia, Produser Film 18 + + Forever Love, usai press screening film tersebut di Planet Hollywood, Jakarta, Selasa sore (10/7).
Bagi Parwez, dari sisi usia, kedewasaan seseorang bisa dimulai dengan ketika dia memasuki usia 18 tahun. Memasuki usia tersebut, seseorang tidak lagi berperilaku yang hanya mengutamakan kepentingan dirinya, tapi sudah bisa berpikir tentang kehidupan yang lebih luas lagi. Terutama bagaimana seseorang harus bersikap ke arah kemandirian.
“Mandiri secara ekonomi, mandiri dalam menentukan cinta. Singkatnya mandiri dalam menentukan arah hidup yang bertolak dari kemampuan menemukan jati diri sesungguhnya,” ujar Parwez.
Berikut adalah synopsis film bergenre komedi romantic tersebut. Selama ini yang ditunggu-tunggu oleh Kara (Adipati Dolken) hanya satu. Hari di mana ia menginjak usia 18 tahun. Karena di usia itulah Opa-nya (Roy Marten) menjanjikan Kara sebuah hadiah yang paling tidak akan terlupakan seumur hidupnya.
Kara yang selama ini waktunya dihabiskan dengan bersenang-senang musti mendapatkan kejutan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ternyata kado dari Opa-nya bukanlah uang, mobil, atau kesempatan keliling dunia, namun justru kemandirian. Di usianya yang ke-18, Kara musti kehilangan segalanya. Semua fasilitas, kekayaan dan kemungkinan besar, para sahabatnya yang socialite.
Kara terpaksa pulang ke Jakarta. Rencananya ia mau menuntut kembali ke Opa-nya, apa yang sudah menjadi haknya. Namun, setelah terlibat perkelahian yang menyebabkan Kara tidak sadarkan diri, Kara diselamatkan oleh seorang gadis, Mila (Kimberly Ryder) yang membawa Kara pulang ke rumahnya.
Menyangka Kara hanyalah orang miskin, keluarga Mila, Ibu Mila (Keke Soeryo Renaldi) dan Sasi (Reska Tania), adik Mila semata wayang, menampung Kara di rumah mereka yang sederhana.
Kara yang biasa hidup enak pun shock dengan kondisi barunya. Namun, lama-lama Kara merasa tertantang untuk “bisa memberi” ke keluarga “baru”-nya itu, dengan mulai belajar bekerja serabutan. Hubungan Kara dengan Mila dan keluarganya semakin dekat. Namun kemudian, ternyata para sahabat Kara berhasil menemukan Kara dan ingin membawa Kara ke kehidupannya yang dulu, yang penuh hura-hura.
Mila memergoki Kara yang sedang mabuk-mabukan bersama para sahabat, langsung mengusir Kara dari rumah dan kehidupannya. Kara pun mulai sadar kalau kehidupannya yang dulu sudah tidak cocok dengan hatinya sekarang. Ia ingin kembali kepada Mila.
Namun, Mila selalu menolaknya. Tanpa Kara ketahui, ternyata Mila juga mempunyai sebuah rahasia besar tentang masa lalunya. Bukankah cinta selalu abadi walaupun mereka sulit bersama? Forever Love …! (stef)