Terobosan Pasar Malam Rutin Akhir Pekan di Jakarta
Oleh: Anthon P.Sinaga

ilustrasi
PENERTIBAN besar-besaran para Pedagang Kali Lima (PKL) di Jakarta, tampaknya bukan semata-mata untuk mematikan mata pencaharian kaum golongan bawah ini, akan tetapi untuk menempatkannya pada posisi yang tidak mengganggu ketertiban umum. Kita harus mengerti, bahwa sebagai ibukota negara, Jakarta tentu harus bisa menjadi panutan dengan menunjukkan keteladanannya kepada kota-kota lain di Indonesia.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi, dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menyadari hal ini, sehingga terpaksa memulai penertiban PKL di daerah paling rawan ketertiban umum, seperti di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dan kemudian di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ketertiban umum yang dimaksud antara lain, adalah mengembalikan fungsi sarana dan prasarana yang ada, menjaga kelancaran lalu lintas, serta menjaga keseimbangan lingkungan untuk berbagai kepentingan publik.
Kebebasan yang dibiarkan selama ini, memang terbukti banyak berdampak negatif. Ada pihak-pihak yang memanfaatkannya untuk mencari keuntungan sendiri, seperti memungut sewa tempat atau retribusi ilegal. Mereka mendidik orang tidak mematuhi aturan atau tidak takut kepada petugas yang legal, dan bahkan tidak menghormati azas-azas kepatutan.
Sementara para PKL sendiri, sebenarnya bisa disimpulkan sebagai korban dari berbagai kepentingan yang memanfaatkannya. Oleh karena itulah Wagub Ahok sempat geram mendengar pihak-pihak atau oknum-oknum yang mencari keuntungan dengan memungut uang hasil peras keringat para PKL ini. Jokowi-Ahok kini berusaha menyediakan tempat penampugan untuk berjualan yang aman bagi para PKL.
Sebenarnya sejak dulu, bahkan sejak masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin, sudah ada program Pemerintah Provinsi DKI menyediakan tempat penampungan pedagang kaki lima di berbagai tempat di Jakarta. Dananya cukup besar yang dikumpulkan dari setiap pembangun pusat perdagangan atau pasar-pasar modern yang diwajibkan menyediakan 20 persen tempat bagi pedagang kecil. Hampir di seluruh wilayah kota di Jakarta ada disediakan lokasi yang dibeli dari dana besar tadi untuk tempat penampungan pedagang kecil atau pedagang kaki lima tersebut.
Programnya memang cukup menyejukkan, untuk membina pedagang kecil menjadi kelak menjadi pedagang menengah atau kelas pertokoan. Hal ini ditangani satu Biro Perekonomian. Namun, sudah beberapa kali pergantian gubernur, hasilnya nihil dan tidak jelas pertanggung jawabannya. Banyak tempat penampungan tersebut kini hanya tinggal papan nama, atau ada pula yang sudah alih fungsi atau dijual.
Terobosan Cerdas
Sembari menyediakan tempat untuk para pedagang kaki lima, seperti perbaikan salah satu blok di Pasar Tanah Abang yang selama ini kosong, maupun alih fungsi satu sekolah yang lokasinya tidak cocok lagi di daerah Jatinegara, Gubernur Jokowi juga sedang memikirkan membuat terobosan cerdas menyediakan pasar malam rutin setiap akhir pekan di sepanjang depan perkantoran di Jalan Medan Merdeka Selatan.
“Kami siapkan dalam dua-tiga bulan ini, setiap hari Sabtu pukul 17.00-23.00 akan ada pedagang nasi pucung, karedok, ketupat sayur, soto mi dan ketoprak sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan. Pasar Malam rutin ini akan diisi aneka kuliner dan produk kreatif rumah tangga domestik,” kata Jokowi di Balaikota Jakarta hari Rabu (24/7). Diharapkan kelak, tempat ini bisa jadi salah satu destinasi wisata dan ajang interaksi warga kota, agar tidak selalu menghabiskan waktu di mal.
Kepada PKL yang ingin berpartisipasi dapat mendaftar di Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Pemprov DKI. Menurut Jokowi, peminat yang ingin menggunakan tenda tinggal membayar Rp50.000 dan yang tidak pakai tenda membayar Rp15.000. Pemprov DKI sendiri menganggarkan Rp760 juta untuk pengadaan pasar malam ini. Pasar Malam setiap akhir pekan ini diharapkan bisa menjadi tempat usaha PKL yang baru dan membuat kehidupan kota yang lebih berwarna.
Ada pula yang mengusulkan agar sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan MH Thamrin juga diadakan pasar malam akhir pekan, seperti Jalan Medan Merdeka Selatan. Karena, umumnya perkantoran di sepanjang jalan protokol tersebut, terasa sunyi di waktu malam. Padahal, kedua jalan utama ini memiliki trotoar yang cukup luas, nyaman dan memadai, serta ketersediaan angkutan umum dan angkutan massal yang mencukupi bagi warga kota yang ingin berpesiar malam. Semuanya ini akan memberikan manfaat dan peluang bagi usaha-usaha kecil warga kota yang kreatif. ***