Tenaga Pengajar Produktif, Minim di Indonesia
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Dalam rangka meningkatkan mutu guru produktif di bidang industri sekaligus menambah jumlah tenaga pengajar yang kompeten di bidang industri, pemerintah dalam hal ini Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Latihan Industri), menjalin kerja sama dengan Temasek Foundation International, Singapura.
Kepala Pusdiklat, Mudjiyono mengatakan hal itu kepada wartawan di ruang kerjanya, kemarin. Menurutnya, upaya menambah jumlah dan meningkatkan mutu guru produktif di Indonesia sudah sangat mendesak, mengingat jumlah guru produktif di bidang industri sangat terbatas.
Guru produktif dimaksud kata Mudjiyono adalah guru-guru produktif yang terkait dengan industri. Idealnya guru produktif yang mengajar di SMK minimal 60 % dari jumlah tenaga pengajar yang ada.
Perguruan SMK di Indonesia saat ini sangat membutuhkan guru produktif dimaksud dimana saat ini yang tersedia paling tinggi 20 persen dari jumlah guru yang tersedia.
“Angka sangat tidak ideal dibanding tingginya kebutuhan sektor industri akan tenaga kerja yang siap pakai,’’ katanya.
Dengan keterbatasan tenaga pengajar yang produktif di perguruan SMK, maka tidak jarang ditemukan banyaknya lulusanSMK yang tidak dapat kerja alias menganggur.
Pengangguran itu pasti terjadi mengingat jumlah tenaga pengajar produktif yang sangat terbatas, ditambah lagi kualitas peralatan praktik yang sudah jauh tertinggal dan minimnya kemampuan guru produktif yang tersedia mengakibatkan para lulusannya tidak memiliki kompetensi di bidang industri.
Padahal lanjutnya, dengan pertumbuhan industri yang mencapai angka 6 persen setiap tahun, kebutuhan tenaga kerja yang siap pakai juga meningkat sekitar 600.000 orang setiap tahun.
Kebutuhan inilah menurut Mudjiyono yang terus dipersiapkan melalui kurikulum sisipan di SMK-SMK dan pembenahan mutu guru produktif serta peralatan praktik.
‘’Sebab, industri hanya bias tumbuh bila didukung oleh sumber daya manusia yang siap akai dan kompeten,’’, katanya. (sabar)