Sudah Lobi Sana Sini, AHY Tetap Ditolak…
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Sudah 34 nama menteri dan 12 wakil menteri dipilih Presiden Jokowi. Banyak pihak bahagia menyambutnya, tapi tidak bagi Partai Demokrat. Pasalnya, pupus sudah harapan mereka setelah tahu nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditolak masuk dalam jajaran kabinet.
Dari kejauhan, para kader Partai Demokrat hanya bisa menonton satu per satu nama menteri dipanggil ke Istana Negara. Selama dua hari, Senin dan Selasa pekan lalu, Jokowi sibuk audisi para pembantunya. Nama putra sulung Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak ada dalam daftar.
Upaya lobi sudah beberapa kali dilakukan. SBY bahkan sampai datang ke Istana menemui Presiden Jokowi. Kehadiran itu belum berdampak besar. AHY sebagai putra mahkota tetap mendapat penolakan.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief merasa, dalam penolakan AHY ada peran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Keresahan itu diungkapkan dalam unggahan melalui media sosial Twitter.
Menurut dia, dendam lama antar SBY dan Megawati dianggap sebagai pemicu. Alhasil wakil ketua umum Partai Demokrat itu dicoret dari daftar calon menteri.
“Awalnya saya menduga bahwa dendam Ibu Megawati hanya pada Pak @SBYudhoyono, ternyata turun juga ke anaknya @AgusYudhoyono. Tadinya saya melihat Pak Jokowi mampu meredakan ketegangan dan dendam ini, rupanya belum mampu,” kata Andi, dikutip Sabtu pekan lalu.
Tudingan Andi Arief segera dibantah elit PDIP. Mereka menegaskan tidak ada peran ketua umum menentukan nama menteri. Semua nama diumumkan sudah menjadi keputusan Presiden Jokowi seluruhnya. “Tidak ada Ibu Mega berperan seperti disebut saudara Andi Arief,” ujar Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno.
Hendrawan melihat pemilihan nama menteri disampaikan Jokowi sudah melalui hitungan politik. Setidaknya ada 300 nama masuk ke dalam daftar, sedangkan yang diperlukan hanya 34 kursi kabinet. Bahkan bukan hanya Partai Demokrat tidak mendapatkan porsi, banyak partai pendukung kala Pilpres 2019 juga belum diakomodir.
Bagi PDIP, keresahan disampaikan elit Partai Demokrat merupakan sebuah halusinasi. Mereka merasa gaya politik dibawa bak hiburan Ketoprak di tengah kompleksitas politik modern.
Untuk itu partai berlambang banteng moncong putih ini menyarankan Partai Demokrat tidak bawa perasaan atas keputusan Presiden Jokowi.
“Partai politik yang dari awal dukung saja tidak kebagian. Memang terbatas. Jangan baper, ini kan ibaratnya matematika, sudah dihitung,” kata dia.(red)