Soerjono; Pilih Impor atau Produk Lokal

Loading

Laporan: Redaksi

Direktur Industri Alat Transportasi Darat (IATD) Ditjen IUBTT Kemenperin,  Soerjono

Direktur Industri Alat Transportasi Darat (IATD) Ditjen IUBTT Kemenperin, Soerjono

JAKARTA, (TubasMeda.Com) – Apapun alasannya, tugas kami di Kementerian Perindustrian adalah memperkuat industri nasional dan menjadikan produk lokal jadi tuan di negeri sendiri. Titik, yang lain tidak ada dan sepanjang kami melihat peluang, kami akan terus jalan dan sebesar apapun kesempatan itu kami akan tetap rebut.

Hal itu diucapkan Direktur Industri Alat Transportasi Darat (IATD) Ditjen IUBTT Kemenperin, Soerjono kepada tubasmedia.com di ruang kerjanya kemarin. ‘’Dan yang namanya produksi, tidak ada dalam kamus seorang produsen berencana menurunkan volume produknya. Sama dengan pemilik koran, mana ada perusahaan penerbitan surat kabat mau menurunkan oplag korannya,’’ sambungnya.

Sebelumnya kepada Soerjono dimintai komentar sekitar menghangatnya pro kontra sekitar peluncuran mobil murah buatan Indonesia. Sambil tersenyum, Soerjono mengatakan terserah kita. ‘’Mau beli produk lokal atau mau barang impor. Atau kita setuju negeri ini dibanjiri mobil murah impor,’’ katanya.

Dikatakan oleh Soerjono bahwa alasan Jakarta macet sehingga mobil murah dilihat sebelah mata adalah tidak bisa diterima akal sehat. ‘’Dan kalaupun itu benar, Jakarta macet, apakah etis kalau produksi mobil dihentikan. Atau apakah itu jawabannya ? Perkara kemacetan itu kan menjadi PR masing-masing pemangku kepentingan,’’ jelasnya.

Karena itu lanjut Soerjono, program mobil murah akan tetap jalan sesuai program yang sudah ditetapkan. Program mobil murah lanjutnya tidak semata-mata untuk kepentingan sesaat. Akan tetapi sekaligus melindungi Indonesia dari serbuan mobil murah impor. Pasalnya, kendati Indonesia benar-benar menghentikan produk mobil murah, mobil murah impor akan segera membanjiri pasar domestik dan tidak bisa dibendung.

Jadi intinya, lahirnya mobil murah di Indonesia, selain telah menarik investasi yang nilai investasinya cukup besar, juga membuka lapangan pekerjaan. ‘’Bagi kami, katanya, sesuatu yang mendatangkan investasi dan mengarah kemandirian, itu yang ditangani secara fokus dan jangan berpikir hanya untuk berdagang,’’ katanya.

Indonesia sebagai negara berpenduduk 200-an juta jiwa menurut Soerjono jangan kita biarkan menjadi sasaran pasar barang impor. Akan tetapi Indonesia harus dijadikan negara produsen bukan negara pengimpor dan sekaligus menjadikan segala keperluan dalam negeri dipasok oleh produsen lokal. (sabar)

TAGS

COMMENTS