Semua Industri Memiliki Potensi Menjadi Unggul Asalkan tidak Salah Urus

Loading

menpora-

Oleh: Fauzi Aziz

PIALA Eropa sedang berlangsung, begitu pula, Copa Amerika sedang berjalan. Semua kesebelasan dari masing masing negara di benua Eropa dan Amerika berlaga di kedua event akbar tersebut, melangkah dengan percaya diri untuk meraih kemenangan dan akhirnya pasti ada salah satu yang akan menjadi champion.

Yang tidak menjadi champion-pun, tetap dipantaskan oleh segmen penggemarnya karena memiliki nilai tambah di hati pendukungnya di seantero dunia. Nomor 1-20 tidak akan pernah terlupakan. Prosesnya panjang untuk bisa menjadi pemenang.

Ada latihan, pembelajaran, disiplin serta kepemimpinan yang efektif mengorganisir kekuatan. Satu hal yang patut dicatat, dari seluruh pemain yang terlibat memiliki kesempatan yang sama untuk masuk bursa transfer pemain, meskipun timnya tidak menjadi pemenang.

Piala Eropa dan Copa Amerika adalah etalase pemain yang akan meramaikan bursa trasfer yang nilainya sangat fantastik. Apa yang dapat kita petik dari kedua event tersebut. Beberapa di antaranya, sepak bola telah melenggang menjadi industri. Kapitalisasi pasarnya sangat fantastik dalam semusim.

Kegiatan ekonomi pendukungnya juga menghasilkan kapitalisasi pasar yang besar pula. Kompetensi dan profesionalisme adalah nilai dasar yang sangat dijunjung tinggi, bahkan jati diri dan harga diri sangat memberi warna dalam persaingan keras.

Pelajaran lain yang dapat kita pelajari bahwa apapun kalau sudah menJadi industri dan berhasil menjadi mesin pertumbuhan bisnis, tidak ada cerita main-main dan spekulatif. Melangkah untuk menjadi pemenang, ongkos yang harus dibayar tidak murah. Prosesnya selalu berbiaya dan terpimpin. Hitungannya kalau tidak untung ya rugi.

Industri adalah soal hidup dan mati. Kalau sudah menjadi industri, harus siap hidup siap mati dan harus siap untung dan siap rugi; atau siap menjadi sukses atau bangkrut. Menjadi negara industri sejatinya banyak pilihan.

Dunia industri ragamnya banyak. Ada industri keuangan, industri manufaktur, pariwisata, industri kreatif dan lain-lain. Tapi karakter dasarnya rata-rata sama, yakni kompeten, profesional, kredibel, berdaya saing, selalu menjadi daya tarik di pasar karena penampilannya menarik ketika tampil di dunia maya maupun di dunia nyata dan responsif terhadap selera pasar.

Industri apapun kalau sudah mendapatkan tempat di hati para penikmatnya dan mampu memuaskan penggemarnya, industri yang bersangkutan akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Indonesia telah memilih menjadi negara “industri”.

Di benak awam pasti banyak pandangan pikiran berkembang. Sebelum terlambat, ada baiknya Indonesia bersikap realistis. Menurut Kempenperin, Indonesia harus menjadi pusat manufaktur dunia. Kemenpariwisata, juga mempunyai obesesi untuk menjadi destinasi wisata dunia yang tiap tahun bisa menarik wisman dalam hitungan puluhan juta tamu dengan masa tinggal yang cukup lama.

Pada sisi yang lain, Indonesia juga patut  menjadi basis industri kreatif kelas dunia karena kekayaan kreatifitas dan inovasi generasi Y-nya sangat banyak yang memiliki passion di sektor ini. Semuanya memiliki potensi untuk menjadi unggul asalkan tidak salah urus.

Basis utama industri adalah membangun keunggulan dan menjadi juara karena memiliki kompetensi inti. Sebagai orang Indonesia yang sudah mencoba menjelajah wilayah tanah air, ibarat sambil menyelam minum air muncul obsesi negeri ini patut dipantaskan menjadi negara Industri.

Ada 3 kekuatan utama industri yang harus dibangun, yakni industri agro dalam arti luas, industri pariwisata dan industri kreatif yang didukung oleh industri keuangan, baik keuangan konvensional maupun keuangan syariah.

Ketiga sektor tersebut yang akan membuat wajah ekonomi Indonesia lebih cepat mengalami transformasi karena kekuatan kita ada disitu. Ber-industri tidak akan pernah lepas dari nilai budaya. Bila tata nilai budaya tidak dilibatkan dalam proses industrialisasi dan “tidak menganut” dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, maka industrialisasi akan kehilangan warna budaya nasional sebagai tata nilai.

Yang penting diurus dengan benar dan didukung oleh kebijakan yang tepat, komprehensif dan konsisten. Sebaiknya kita fokus saja disitu. (penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS