Site icon TubasMedia.com

Rocky Gerung; Tidak Paham Konsep Dasar Bonus Demografi, Gibran Jadi Bahan Olok-olok Netizen

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Video Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengenai bonus demografi yang diunggah melalui kanal YouTube pribadinya menuai berbagai reaksi dari publik.

Sejak diunggah sepekan lalu dengan judul Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia, video tersebut ramai diperbincangkan, terutama karena jumlah dislike yang lebih banyak dibandingkan like.

Tingginya angka ketidaksukaan membuat jumlah dislike akhirnya disembunyikan dari tampilan publik.

Menanggapi isi video tersebut, pengamat politik sekaligus filsuf Rocky Gerung memberikan kritik tajam. Ia menilai Gibran menunjukkan ketidakpahaman terhadap konsep dasar bonus demografi, yang akhirnya menjadi bahan olok-olok netizen.

“Saya kira itu hal yang dari awal sudah dikenali netizen. Kalau tidak mengerti konsep dasarnya, buat apa memaksakan bicara? Apalagi dengan teks dan fasilitas teknologi, terlihat pengetahuan dasarnya nol,” ujar Rocky dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official dikutip Selasa (29/4/2025).

Menurut Rocky, sebagai wakil presiden, Gibran seharusnya menguasai konsep bonus demografi, terutama dalam kaitannya dengan pasar masa depan dan perbandingan dengan negara lain. Sayangnya, aspek-aspek penting tersebut dinilai tidak muncul dalam pidatonya.

“Indonesia bisa punya bonus demografi karena penduduk usia produktif, tapi kalau SDM-nya saat ini saja 68 persen hanya sekolah sampai tahun ke-7, atau belum lulus SMP, lalu mau bersaing dengan siapa?” sindir Rocky.

Kesulitan Bersaing

Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi kesulitan bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand atau Singapura pada tahun 2045, apabila kualitas sumber daya manusia tidak segera diperbaiki.

Rocky menilai kehadiran Gibran di panggung politik nasional adalah hasil dari rekayasa politik dan ia menyebut posisi Gibran sebagai wakil presiden merupakan hasil paksaan dari Presiden Joko Widodo demi menciptakan simbol generasi muda.

“Kapasitas beliau memang tidak cukup di situ, tapi dipaksakan. Itu bahayanya. Termasuk karena dipaksa oleh bapaknya supaya tampil jadi semacam magnet generasi baru,” tegas Rocky.

Ia pun menutup komentarnya dengan menyebut pidato Gibran memperlihatkan kekosongan gagasan dan kurangnya kedalaman berpikir.

“Kekosongan pikiran terlihat dari kekosongan tatapan mata, kekosongan dari konsep yang tidak bisa dikembangkan,” pungkas Rocky.(sabar)

Exit mobile version