Pusat Inovasi Produk Furniture Dibangun di Palu

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Indonesia setiap tahun menyuplai sekitar 85% kebutuhan rotan dunia. Dari jumlah itu, 90% rotan dihasilkan dari hutan tropis di pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Sedangkan, sisanya dihasilkan dari budidaya rotan. Sementara, sisa suplai kebutuhan rotan dunia dipenuhi negara-negara Asia lainnya, seperti Malaysia, Filipina, Vietnam, Srilanka, dan Bangladesh.

Demikian keterangan tertulis Kementerian Perindustrian yang diterima redaksi pekan silam. Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam siaran pers itu menyebut, industri furniture rotan dan bambu merupakan industri prioritas yang dikembangkan di Indonesia. Hal ini sesuai Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN).

“Industri furniture merupakan salah satu industri berbasis rotan yang memiliki nilai tambah tinggi dan menyerap banyak tenaga kerja serta memberikan kontribusi cukup penting terhadap perekonomian, baik dalam bentuk kontribusi pada PDB maupun dalam perolehan devisa dari ekspor,” katanya.

Pada tiga bulan pertama tahun 2012 nilai ekspor produk jadi rotan baik furniture dan kerajinan sudah memperlihatkan peningkatan yang signifikan sebesar US$ 58,2 juta. Angka tersebut mengalami tren peningkatan dari bulan ke bulan, sehinggga diperkirakan ekspor produk jadi rotan pada akhir tahun 2012 akan mencapai US$ 275 juta atau meningkat sekitar 36,8% dibandingkan dengan realisasi ekspor produk jadi rotan tahun 2011 yang memperoleh nilai US$ 201,1 juta.

Menperin menyatakan, peningkatan nilai ekspor tersebut merupakan bukti keberhasilan kebijakan hilirisasi industri agro khususnya dalam pengembangan industri furniture berbahan baku rotan. Hal ini sesuai komitmen pemerintah melalui kebijakan bersama tiga kementerian yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Kehutanan mengenai peraturan ekspor bahan baku rotan untuk mendukung program hilirisasi.

“Dengan berlakunya kebijakan pemerintah tentang penghentian ekspor bahan baku rotan telah menimbulkan dampak meningkatnya eskpor produk furniture rotan pada periode tiga bulan pertama tahun 2012 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011,” kata Menperin.

Mengenai masih adanya beberapa pengusaha yang belum mendapatkan bahan baku rotan sesuai kebutuhan, Menperin menjelaskan, hal itu disebabkan antara lain karena masa transisi pada awal pemberlakuan ketentuan verifikasi untuk perdagangan rotan antar pulau, terjadinya peningkatan permintaan bahan baku rotan sebagai akibat meningkatnya permintaan ekspor barang jadi rotan, dan mulai meningkatnya permintaan produk rotan di dalam negeri.

Guna meningkatkan nilai tambah produk maupun pemanfaatan jenis rotan, Kemenperin telah menjalankan berbagai program, antara lain dengan membangun Pusat Inovasi Produk Furniture di Palu, optimalisasi desain center di Jepara dan Cirebon, membuat lomba desain furniture dengan memanfaatkan jenis rotan yang selama ini pemanfaatannya rendah, revitalisasi berdirinya kembali Pusat Desain Nasional, dan mendatangkan desainer terkenal untuk mendidik dan melatih desainer Indonesia.

Kemudian, dalam rangka meningkatkan pemanfaatan produk furniture rotan untuk instansi pemerintah, Menperin telah mengirimkan surat kepada Menteri terkait dan para Gubernur. Surat tersebut kini telah ditindaklanjuti dengan surat Menteri Dalam Negari kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk memperkenalkan produk furniture rotan untuk sekolah-sekolah.

Dalam kaitan ini, Kemenperin telah memberikan bantuan meja dan kursi untuk tiga kelas di SDN 1, Babakan Madang Bogor yang diresmikan Mendikbud pada 1 April 2012. “Pada tahap awal pengadaan meja dan kursi rotan untuk sekolah-sekolah tersebut dilakukan antara lain melalui dana Corporation Social Responsibility (CSR),” tegasMenperin. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS