JAKARTA, (tubasmedia.com) – Presiden Joko Widodo meminta dikembangkan jamu sebagai produk yang memberikan brand, yang memberikan citra, yang memberikan persepsi bahwa jamu itu Indonesia.
Permintaan itu disampaikan Presiden kepada para pengusaha jamu yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional saat memberikan sambutan pada pembukaan Musyawarah Nasional Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional Ke-7 di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Dikatakan, dia sudah menanyakan kepada negara-negara lain terkait banyaknya produk Indonesia yang belum bisa masuk ke pasar mereka. Diakui Jokowi, di dunia manapun, jika berkaitan dengan minuman, makanan, maupun kesehatan, memang proteksi, barrier-nya, sangat ketat dan sangat berat.
“Inilah yang saya kira harus dipikirkan agar produk-produk ini bisa dikenalkan,” kata Presiden Jokowi, seperti dikutip dari laman Sekab.
Menyangkut masalah bahan baku produk, Presiden meyakini bukan yang sulit untuk dikembangkan, bergantung pada masalah niat dan kemauan.
Menurut Presiden, banyak orang yang membayangkan sawah kita akan semakin susut dan produksinya makin berkurang dan jatuh ke angka-angka yang menyulitkan. Tetapi, setelah dia lihat, ternyata masih banyak sekali lahan yang belum dimanfaatkan.
Presiden menunjuk contoh di Merauke, Papua, di satu kabupaten saja ada lahan 4,6 juta hektare, yang jikalau ditanam padi akan menghasilkan 1 hektar 8 ton padi, hampir 35 juta ton sekali panen. Padahal, sekarang produksi nasional kita kurang lebih 60-70 ton. Ini hanya satu kabupaten saja. Ia menyebutkan, ada empat kabupaten yang kurang dan lebih kondisinya sama.
Dikemukakan, pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang baik, yang kondusif bagi industri jamu dan obat tradisional. Demikian juga regulasi-regulasi yang terkait dengan pembinaan, pengawasan industri jamu dan obat tradisional, harus memberikan dukungan kepada industri jamu, apa yang kurang, apa yang mesti diperbaiki. “Tolong saya diberikan untuk masukan,” pesan Jokowi. (ril/ender)