Pertumbuhan Industri Perlu Didorong ke Seluruh Wilayah
Laporan: Redaksi

Irjen Kementerian Perindustrian Imam Haryono saat memberikan orasi ilmiah pada wisuda Akademi Teknologi Kulit (ATK) di Yogyakarta (tubas/sabar hutasoit)
YOGYAKARTA, (TubasMedia.Com) – Masih membengkaknya jumlah pengangguran di Indonesia disebabkan tajamnya kesenjangan antara jumlah lulusan di perguruan tinggi dengan jumlah kebutuhan dunia kerja. Selain itu, kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhan dunia kerja tidak sepadan.
Hal itu diutarakan Irjen Kementerian Perindustrian, Imam Haryono dalam orasi ilmiahnya pada wisuda Akademi Teknologi Kulit (ATK) di Yogyakarta, Kamis.
Faktor lain menurut Imam yang membuat jumlah pengangguran masih bertengger pada angka tinggi adalah wilayah tidak mampu menyerap lulusan dari lokasi setempat ditambah lagi adanya perubahan kondisi ekonomi, baik lokal maupun nasional, global serta lead time pendidikan.
Untuk mengatasi hal itu lanjutnya, prioritas yang harus dilakukan adalah mendorong penyebaran pertumbuhan industri ke seluruh wilayah dan mengembangkan pendidikan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan dunia usaha sektor industri.
Tahun 2005 menurutnya, jumlah pengangguran mencapai 10,9 juta orang tapi tahun 2011 turun menjadi 8,12 juta orang. Namun meski pun terjadi penurunan jumlah pengangguran, tetapi angka absolute tersebut masih cukup tinggi sebagai akibat dari berbagai faktor seperti diungkapkan di atas.
Industri alas kaki dan industri penyamakan kulit di Indonesia, terutama dalam penyediaan tenaga kerja industri, kata Irjen, merupakan industri strategis dan menghasilkan devisa ekspor nonmigas yang cukup signifikan, akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. “Pada rentang waktu 2009-2010, industri tersebut telah memberikan nilai ekspor sebesar US$4.478 juta serta menyerap tenaga kerja 1 juta orang,” katanya.
Prospek pertumbuhan industri alas kaki dan penyamakan kulit yang semakin baik pada masa mendatang akibat permintaan pasar dalam negeri yang terus meningkat ditambah lagi meningkatnya konsumsi dunia, maka tahun 2012, Kementerian Perindustrian melakukan revitalisasi dan penumbuhan industri melalui restrukturisasi mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil serta industri alas kaki. “Hal ini dilakukan sebagai respon agar industri dapat menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan kemampuan pasok (lead time) yang cepat dan tepat waktu,” tambahnya.
Untuk itu menurut Irjen, ATK Yogyakarta sebagai satu-satunya pendidikan tinggi vokasi di Indonesia maupun Asia Tenggara, diharap dapat menyiapkan tenaga kerja industri tingkat ahli dengan spesialisasi di bidang kulit dan alas kaki.
Di bagian lain orasinya disebutkan bahwa melihat pentingnya peran pendidikan dalam kerangka meningkatkan pertumbuhan sektor industri, maka Kemenperin menempatkan pengembangan SDM industri sebagai salah satu program kerja prioritas.
Pengembangan unit pendidikan, baik sekolah menengah kejuruan, maupun pendidikan tinggi serta akademi di lingkungan Kemenperin, terus didorong untuk melakukan kerjasama dengan instansi atau lembaga dalam dan luar negeri, dunia usaha industri, asosiasi industri serta dengan direktorat-direktorat teknis di lingkungan Kemenperin.
Irjen mengatakan, target pembangunan industri hanya akan dapat dicapai apabila mempunyai tekad yang kuat, perencanaan yang matang serta kerja keras yang sinergis di antara semua stakeholders industri baik pemerintah, dunia usaha, asosiasi industri, lembaga keuangan dan pihak terkait.
Untuk itu dalam upaya percepatan pembangunan sektor industri, Kemenperin menyusun program Akselerasi Industrialisasi 2012-2014. Strategi akselerasi dijalankan melalui enam area kebiijakan yaitu pengamanan industri dalam negeri, pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pelayanan birokrasi, penyempurnaan dan harmonisasi regulasi, kebijakan fiskal dan pembangunan SDM industri. (sabar)