Perlu Tambahan Jumlah RS Tangani HIV/AIDS di Jawa Tengah
Laporan : Redaksi
SEMARANG, (TubasMedia.Com) – Kesehatan masyarakat secara luas harus memperoleh perhatian ekstra dari pihak pemerintah, sebab merupakan sebagian hajat hidup rakyat banyak yang diatur dalam UUD 1945. Saat ini masyarakat risau akan bahaya ancaman yang cukup potensial, menyerang siapa saja tanpa kecuali. Bahaya itu berupa telah merajalelanya virus HIV/AIDS.
Yang cukup menarik untuk dicermati, saat ini yang mengidap virus HIV/AIDS bukan hanya mereka yang suka “jajan seks” di tempat pelacuran, namun ibu rumah tangga baik-baik juga bisa mengidap virus yang mematikan tersebut, karena ditulari oleh suaminya yang doyan jajan. Seperti dialami Surtini (bukan nama sebenarnya), bersuamikan pekerja bangunan yang merantau ke Jakarta, yang berjadwal pulang kampung tiga bulan sekali.
Untuk memenuhi kebutuhan biologisnya di perantauan, sang suami terpaksa jajan seks sembarangan. Akibat minimnya pengetahuan kesehatan seputar HIV/AIDS, maka tak ayal lagi virus HIV/AIDS yang diidapnya ditularkan kepada sang istri ketika pulang kampung. Sudah bisa ditebak, Surti ibu rumah tangga baik-baik itu menjadi korban cepat berpulang beriringan dengan suaminya.
Berdasarkan dengar pendapat Dinas Kesehatan dengan Komisi E DPRD Jawa Tengah di gedung DPRD Jawa Tengah, baru-baru ini, didapatkan data saat ini di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, penderita HIV/AIDS cenderung meningkat, dan banyak meninggal dunia dikarenakan sampai saat ini belum ditemukan obat yang ampuh untuk mengobatinya. Penderita HIV/AIDS cenderung sulit untuk dideteksi secara lebih dini, dikarenakan beberapa kendala. Antara lain saat ini peralatan yang popular disebut CD4 (alat guna mendeteksi kekebalan tubuh seseorang) yang dipunyai Jawa Tengah hanya ada satu unit di RS Karyadi. Itu pun secara teknis harus sudah diremajakan, karena kondisinya cukup memprihatinkan.
Setiap kali akan mengecek beberapa pasien, pengoperasiannya harus diberi jeda waktu sekitar setengah jam. Untuk meremajakan atau pun menambah jumlah alat tersebut, dibutuhkan dana yang cukup besar, diperkirakan harga satu unitnya sekitar Rp 1,5 miliar.
Melihat kondisi yang demikian itu, Ketua Komisi E DPRD Jawa Tengah, Yoyok Sukawi berpikir untuk mendorong Pemprov Jawa Tengah untuk menambah jumlah rumah sakit beserta fasilitas peralatannya untuk menangani pasien penderita HIV/AIDS. Yakni, dari satu saja saat ini, yaitu RS Karyadi menjadi empat rumah sakit yang mampu menangani pasien penderita HIV/AIDS. Penambahan rumah sakit itu adalah RS Moewardi (Surakarta), RS Margono (Purwokerto), dan Kelet (Jepara), yang merupakan rumah sakit milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Pada kesempatan yang sama, anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Hj. Endang Maria Astuti, S.Ag. tokoh muda Partai Golkar kelahiran Wonogiri ini mengatakan, akan memberi dukungan sepenuhnya program penanggulangan HIV/AIDS di Jawa Tengah, namun dirinya menekankan kepada semua pihak dalam kasus HIV/AIDS untuk tidak memojokkan pihak perempuan saja, sekali pun perempuan itu berprofesi sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial). “Saya mohon agar seluruh pemangku kepentingan untuk selalu menyuarakan bahwa kasus HIV/AIDS akan merusak sendi-sendi kehidupan. Pasien penderita HIV/AIDS, cepat atau lambat nyawanya akan melayang akibat belum ditemukannya obat yang bisa mematikan virus jahat tersebut,” pintanya. (yon)