Perlu Diintegrasikan Jaringan Antarmoda Angkutan Umum di Jakarta
Oleh: Anthon P Sinaga

ilustrasi
JARINGAN antarmoda angkutan umum di Jakarta perlu segera diintegrasikan guna memberi kenyamanan bagi penumpang, serta memperlancar mobilisasi masyarakat. Apabila tidak dibenahi mulai dari sekarang, upaya pengadaan bus transjakarta dan transportasi massal (mass rapid transit – MRT) yang akan beroperasi kelak, tidak akan bermanfaat maksimal.
Demikian pula penumpang kereta rel listrik (KRL) dari luar kota yang turun di berbagai stasiun, harus diberi kemudahan untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan masing-masing. Suasana di pintu keluar stasiun saat ini masih semrawut dan tidak ada angkutan umum yang nyaman untuk melanjutkan perjalanan.
Sambil melengkapi dan membenahi koridor operasional bus transjakarta dan menunggu selesai pembangunan MRT, termasuk rencana pengadaan angkutan monorel, Dinas Perhubungan DKI Jakarta sudah harus melakukan penataan trayek bus-bus reguler, termasuk mikrobus Kopaja, Metromini, mikrolet dan angkot-angkot kecil lainnya untuk mengintegrasikannya dengan jaringan angkutan antarmoda. Trayek-trayek yang ada sekarang ini sudah harus dikaji ulang dan disinkronkan dengan kebutuhan sesungguhnya.
Saat ini, simpul pergantian moda angkutan umum belum memberi kemudahan yang cepat dan nyaman bagi penumpang. Satu contoh, penumpang kereta api yang keluar dari Stasiun Tanah Abang, tidak ada tempat yang nyaman untuk naik moda angkutan lain ke jurusan yang dituju. Di sekitar pintu keluar Stasiun KA Tanah Abang disesaki oleh ojek-ojek sepeda motor, bajaj dan angkutan kota menunggu penumpang. Calon penumpang tidak nyaman memilih angkutan yang dibutuhkan.
Penumpang kereta api yang mau naik minibus Kopaja 502 jurusan Tanah Abang – Kampung Melayu, misalnya, harus berjalan kaki sejauh 400 meter dari stasiun. Padahal, sepanjang trotoar untuk jalan kaki, sudah diokupasi berbagai macam peruntukan. Bagi yang buru-buru ke kantor atau tempat kerja, terpaksalah naik angkot atau ojek sepeda motor lagi untuk bisa mencapai jarak 400 meter tersebut.
Demikian pula penumpang KRL yang keluar dari Stasiun Manggarai, tidak ada angkutan umum yang tersedia untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. Calon penumpang angkutan umum dari Stasiun KA Manggarai, harus berjalan kaki sekitar 300 – 400 meter ke Terminal Bus Manggarai di depan Mal Pasaraya di seberang rel KA.
Seyogianya tidak jauh dari pintu keluar kedua Stasiun KA tersebut, sudah harus disediakan lokasi atau terminal angkutan umum yang nyaman untuk transit ke berbagai tujuan. Di lokasi inilah diatur berbagai moda angkutan yang bisa melayani penumpang KRL ke berbagai jurusan.
Khusus dalam kota, sudah waktunya menata ulang trayek-trayek angkutan mulai dari permukiman penduduk, hingga ke terminal pengumpul atau langsung ke simpul jaringan angkutan utama bus transjakarta, MRT atau monorel. Untuk itu angkutan reguler yang bermacam-macam sekarang ini harus difungsikan maksimal dengan trayek yang tidak tumpang tindih.
Peraturan Daerah tentang Pola Angkutan Umum sudah harus disesuaikan dengan keadaan saat ini dan antisipasi masa mendatang. Antara lain, apakah masih perlu dipertahankan ukuran angkutan kota reguler dari yang kecil, sedang sampai besar, untuk memberikan pelayanan berjenjang, sesuai kelas dan lebar jalan? Demikian pula penempatan terminal bus yang nyaman untuk kelancaran transit penumpang. Lokasi dan konstruksi terminal angkutan kota harus dikaji ulang untuk menyesuaikan perkembangan.
Gagasan mengoperasikan moda angkutan umum kelas premium dari permukiman elite ke pusat bisnis, seperti dari daerah Kapuk, Pluit ke Monas, demikian pula rencana dari kawasan permukiman Kalibata, atau dari kawasan permukiman elite lainnya, memang bisa menarik minat pengguna mobil pribadi untuk naik angkutan umum tersebut. Namun, gagasan ini hanya melayani orang-orang tertentu saja.
Sedangkan yang dibutuhkan saat ini, bagaimana memberi kemudahan mobilisasi bagi mayoritas masyarakat ke berbagai tujuan kegiatannya, serta memaksimalkan penggunaan angkutan umum massal atau reguler yang tersedia. Integrasi antarmoda angkutan umum harus diusahakan saling bersinergi. Sehingga, masyarakat bisa menghemat waktu dan biaya transportasi, karena tidak perlu beberapa kali ganti angkutan.
Terminal Terpadu
Rencana lama pembangunan terminal terpadu di Manggarai, Jakarta Selatan, sudah harus segera diwujudkan.
Dengan selesainya pembangunan jalur rel kereta api Bandara Soekarno Hatta, maka kelak Manggarai akan sibuk sebagai tempat berangkat dan kedatangan penumpang pesawat dari dan ke Bandara internasional tersebut. Padahal, selama ini pun, Manggarai sudah menjadi titik pertemuan penumpang KRL dari Bogor, maupun dari Bekasi yang bekerja di Jakarta.
Sehingga, untuk memperlancar perjalanan para penumpang antarmoda tersebut, perlu ada satu terminal terpadu sebagai sentra transit yang nyaman bagi penumpang KRL, kereta bandara, bus transjakarta, taksi, dan angkutan reguler lainnya ke berbagai penjuru Jakarta. ***