JAKARTA, (tubasmedia.com) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan hingga awal November secara umum berada dalam kondisi yang normal. Demikian hasil kesimpulan Rapat Bulanan Dewan Komisioner OJK.
Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB Otoritas Jasa Keuangan, Lucky F.A. Hadibrata mengatakan, OJK melihat pemulihan ekonomi pada negara maju tetap berlanjut meskipun relatif belum solid dan merata. Efek rambatan dari normalisasi kebijakan AS terhadap negara-negara berkembang (Emerging Market) serta perlambatan ekonomi negara-negara berkembang perlu dicermati.
“Perbaikan ekonomi AS semakin solid, sehingga The Fed pada akhir Oktober 2014 telah memutuskan penghentian quantitative easing. Keputusan The Fed tersebut tidak menimbulkan gejolak pasar keuangan emerging market karena sudah diperkirakan sebelumnya,” kata Lucky di Jakarta, Kamis (13/11/14).
Sementara itu perekonomian Tiongkok pada triwulan III tumbuh sebesar 7,3%, level terendah sejak 2009. Sedangkan di Eropa, pemulihan ekonomi masih menghadapi tantangan dan kehilangan momentum pertumbuhan, sehingga masih memerlukan dukungan stimulus.
Kemudian Jepang juga berpotensi melemah pertumbuhan ekonominya sebagai pengaruh kebijakan penerapan kenaikan pajak penjualan pada April 2014.
“Untuk perekonomian domestik, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III sebesar 5,01% (yoy) karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang melambat, sedangkan pertumbuhan belanja meningkat,” imbuh Lucky.
Pertumbuhan ekonomi yang moderat itu mempengaruhi kredit perbankan per September yang tumbuh sebesar 13,16% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan Agustus sebesar 14,05% (yoy).
Namun, kualitas kredit perbankan September 2014 cukup baik tercermin dari rasio NPL (Non Performing Loan/kredit bermasalah) gross sebesar 2,16% dan rasio NPL net 1,19%. Rasio NPL gross mengalami penurunan dari bulan sebelumnya (Agustus: 2,19%), sementara rasio NPL net mengalami peningkatan (Agustus: 1,17%).
Rasio kredit kualitas rendah terhadap total kredit September 2014 sebesar 7,52%, menurun dibandingkan bulan sebelumnya (7,57%). Sementara rasio kredit kepada debitur inti September 2014 relatif stabil pada level 24,11%.
OJK mencatat pertumbuhan aset dan DPK (Dana Pihak Ketiga) perbankan kembali meningkat pada Agustus dan September. Pertumbuhan aset dan DPK per September masing-masing sebesar 14,39% dan 13,32% yoy (Agustus: 13,92% dan 12,08% yoy).
Kondisi perbankan, permodalan dan intermediasi perbankan menunjukkan perkembangan positif, kinerja rentabilitas dan efisiensi perbankan tergolong baik, tercermin dari permodalan yang masih tergolong tinggi, CAR (Capital Adequacy Ratio/rasio permodalan) pada level 19,50% dan didominasi komponen modal inti (Tier 1), rentabilitas relatif stabil tercermin dari ROA dan NIM yang relatif stabil per September 2014 masing-masing sebesar 2,91% dan 4,21%, efisiensi relatif stabil tercermin dari BOPO yang relatif tidak berubah yakni 76,14%.
Kondisi di Pasar Saham, walaupun IHSG secara point-to-point relatif stabil, namun selama Oktober mengalami volatilitas yang cukup tinggi. Di tengah fluktuasi di pasar saham, NAB reksa dana masih menguat, didukung oleh net subscription yang cukup besar. NAB reksa dana pada bulan Oktober meningkat Rp6,5 triliun (2,99%) sehingga secara total menjadi Rp224,3 triliun. Sebagian besar kenaikan NAB Oktober berasal dari net subscription sebesar Rp5,8 triliun.
“Nilai portofolio investasi meningkat sebesar Rp771 miliar. Investor reksa dana saham tercatat melakukan penambahan peningkatan dana secara signifikan,” tutur Lucky. (angga)