Peralatan Pendidikan di ATK Yogyakarta Butu Revitalisasi
Laporan: Redaksi

SERATUS TAHUN- Drum Pengapuran yang masih dioperasikan di kampus ATK Yogayakarta ini usianya sudah sekitar 100 tahun. “Ketika saya kuliah di sini, drum pengapuran inilah yang saya pakai prakrik dan sekarang, saya sudah mau pensiun, drum pengapuran yang usianya mungkin sudah seratus tahun, tapi masih dipergunakan, yang seharusnya sudah diganti,’’ kata Kepala Laboratoirum ATK, Sri Wiati sambil minta difoto di samping alat praktikum itu. (tubasmedia.com/sabar hutasoit)
YOGYAKARTA, (TubasMedia.Com) – Pemerintah pusat didesak untuk segera membenahi dan merefitalisasi perlengkapan study yang ada ada di Akademi Teknologi Kulit (ATK), Yogyakarta. Pasalnya, seluruh peralatan yang tersedia pada akademi yang sudah berusia 54 tahun ini, selain usianya sudah sangat tua, juga sudah banyak yang rusak tidak dapat dipergunakan lagi.
Demikian terungkap dalam pertemuan wartawan TubasMedia.Com dengan para dosen ATK, di kampus ATK, Yogyakarta Rabu pekan silam. ‘’Memang kampus ini butuh perhatian yang lebih serius lagi,’’ kata Direktur ATK, Elis Nurbaliah M Eng.
Tidak berlebihan memang permintaan dan harapan para tenaga pengajar tersebut. Kenapa ? karena kampus milik Kementerian Perindustrian adalah satu-satunya akademi yang khusus memberi pendidikan tentang kulit, di Asia Tenggara.
Selain itu, bidang study yang digeluti sangat erat kaitannya dengan peningkatan kesejahtaran masyarakat dan dukungan terhadap tumbuh kembangnya sektor industri perkulitan dan alas kaki di dalam negeri.
Harapan para tenaga pendidik itu, juga sekaligus upaya untuk mewujudnyatakan visi ATK yang ingin menjadikan kampus tersebut sebagai pusat penghasil sumber daya manusia industrial yang mempunyai standar kompetensi global dalam bidang teknologi dan produk kulit.
“Tapi kalau mutu peralatan pendidikan yang tersedia seperti yang ada sekarang, bagaimana kita bisa tampil beda dan memenangkan persaingan. Pasti sulit. Tapi kami tidak gentar sedikit-pun dan kami akan tetap berusaha eksis dan menelorkan manusia-manusia terampil siap pakai dari kampus ini,’’ tegas Edi Purnomo, salah seorang dosen.
Sebagai catatan, seluruh alumni ATK diserap oleh dunia usaha perkulitan di dalam negeri. Bahkan tidak sedikit dari antara alumni tersebut bekerja di beberapa perusahaan asing di luar negeri.
‘’Jangankan setelah lulus, mahasiswa ATK yang masih duduk di bangku kuliah-pun, sudah diinden dunia usaha. Begitu lulus langsung bekerja. Jadi kampus ini benar-benar menelorkan pekerja siap pakai dan bukan menelorkan pengangguran,’’ tambah Elis.
Kini minat siswa untuk melanjutkan pendidikan pada kampus yang pernah diguncang gempa hingga gedungnya porak poranda ini, semakin meningkat. Namun tidak semua yang mendaftar dapat diterima karena keterbatas daya tamping. Yang mendaftar mencapai 250 siswa tapi yang diterima hanya 160 orang sesuai kemampuan ruang belajar dan ketersediaan alat-alat pendidikan seperti laboratorium serta peralatan praktikum lainnya.
Menjawab pertanyaan, Elis Nurbaliah mengatakan bahwa benar peralatan pendidikan berupa laboratorium dan peralatan praktikum lainnya memang sudah butuh direfitalisasi kendati beberapa di antaranya masih bisa dipakai, walau sudah dimakan usia.
Mesin jahit katanya perlu ditambah karena selain untuk menjahit sepatu juga perlu digunakan untuk workshop sepatu. Pihaknya kata Elis sudah mengajukan dana sebesar Rp 7 miliar untuk refitaslisasi. (sabar)