Site icon TubasMedia.com

Penyesesuaian antara Keyakinan, Pengertian dan Perbuatan

Loading

Oleh: Dwija

Ilustrasi

Ilustrasi

KEBIASAAN orang melakukan suatu perbuatan tidak dapat diubah atau dihentikan begitu saja secara tiba-tiba. Harus ada usaha-usaha didasari kemauan yang keras serta kesungguhan, karena kesadaran yang mendalam untuk mengubah atau menghentikannya.

Demikian pula untuk memulai suatu kebiasaan yang menjadi perbuatan yang baru atau yang berlainan dengan yang terdahulu, diperlukan juga usaha-usaha untuk menghentikan kebiasaan yang lama. Maka dapat disimpulkan, bahwa untuk kedua usaha tersebut, yang menjadi syarat utama agar dapat tercapai dengan semestinya, diperlukan disiplin diri.

Sedangkan menumbuhkan disiplin diri memerlukan pengendalian kemauan dari dalam diri sendiri, sebab disiplin diri itu sumbernya dari dalam jiwa seseorang. Perbuatan seseorang yang disiplin karena dorongan jiwanya sendiri, disamping adanya pengawasan dari pihak-pihak yang disegani.

Dalam mencapai suatu keinginan, seseorang akan berusaha walaupun usaha atau perbuatannya diawali dengan perasaan yang berat dan dianggap sebagai sesuatu yang membosankan. Akan tetapi ketika keinginan sudah hampir tercapai usaha yang semulanya dianggap sebagai suatu yang berat dan membosankan berubah menjadi menyenangkan, bahkan menjadi kebiasaan .

Misalkan kebiasaan mencuri; tidak setiap orang dapat atau sanggup melakukannya, karena bagi mereka yang tidak biasa menjalaninya adalah sukar, memerlukan ketangkasan, keuletan, keberanian, kekuataan dan ketabahan dalam menghadapi bahaya. Tetapi ketika mencoba dan ternyata berhasil, hal yang semula dianggap sukar, akhirnya dirasakan sebagai suatu hal yang biasa saja.

Contoh lain: kepatuhan menjalani pengabdian terhadap Tuhan; bagi yang belum biasa melakukannya memang terasa berat, segan dan menjemukan. Tetapi setelah dibiasakan dan menikmati kenyamanan dari rasa patuhnya melakukan semua perintah Tuhan, maka yang awalnya dianggap berat, dirasakan sebagai hal menyenangkan, membahagiakan.

Dari dua contoh ekstrim di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan berbuat baik maupun buruk, pada awalnya merupakan sesuatu yang sukar atau berat. Tinggal kita mau memilih yang mana perbuatan yang sepantasnya kita jadikan kebiasaan, perbuatan yang berakhir pada kenyamanan dan kebahagiaan atau kegelapan dan kesengsaraan. Semua terserah pada setiap pribadi yang memilih dengan segala resikonya.

Suatu cara untuk membiasakan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik adalah dengan menciptakan menyesesuaikan keserasian antara keyakinan, perbuatan kita dengan apa yang terkandung dalam hati sanubari kita, yaitu dengan menanamkan keyakinan bahwa apa yang kita laksanakan adalah suatu perbuatan utama yang menyelamatkan kehidupan orang banyak, tidak sekedar menyelamatkan diri sendiri.

Keyakinan harus kuat bahwa sebenarnya dalam setiap manusia telah memiliki kemampuan yang besar apabila sungguh patuh kepada perintah Tuhan. Kemudian apa yang diyakini diusahakan menjadi dasar dalam berbuat maupun berkata. Sehingga apa yang dipikir sesuai dengan apa yang dikatakan dan menjelma menjadi perbuatan.

Dalam pelaksanaannya proses ini berjalan setahap-tahap apabila ada kesadaran bahwa manusia sebenarnya harus berbuat baik kepada sesamanya. Memang untuk dapat berbuat baik awalnya berat, tetapi ketika pikiran, perkataan dan perbuatan serasi, berbuat baik akan menjadi suatu kebiasaan.

Membangun suatu masyarakat yang baik, awalnya adalah kesadaran dari setiap anggota masyarakat bahwa manusia pada dasarnya dititahkan Tuhan untuk berbuat baik kepada sesamanya untuk membangun kesejahteraan bersama. Apabila kesadaran sudah tumbuh disanalah penyesesuaian antara keyakinan, perkataan dan perbuatan. ***

Exit mobile version