Penghasilan Petani Padi Magetan Merosot
Laporan: Tarman
MAGETAN, (Tubas) – Penghasilan petani padi di berbagai Desa Kecamatam di Kabupaten Magetan, Jawa Timur merosot tajam alias tekor. Hal ini karena curah hujan yang tidak menentu dan tumbuh suburnya berbagai virus/jamur yang menyerang tanaman padi yang sedang mulai hamil hingga yang sudah menguning menunggu panen.
Di samping itu, harga padi/gabah di pasaran saat panen raya juga dipermainkan oleh tengkulak, dengan alasan harga jeblok dan kualitas mutu gabah tidak baik. Petani berharap kepada Pemerintah agar ikut serta membantu mengatasi harga gabah di saat musim panen seperti saat ini. Hal itu disampaikan Harjosuwito Sakat, kelompok tani asal Kartoharjo kepada Tubas, pekan silam.
“Petani kecil hanya menjadi permainan tengkulak mas, saat panen raya seperti ini” katanya. Ia hanya pasrah menerima keadaan seperti ini, meskipun ia tekor biaya garap dibading dengan hasi panennya.
Di tempat terpisah, Ketua Gapoktan “Sari Bumi” Desa Pelem, Kecamatan Karangrejo, Kab Magetan, Drs Sudarmawan, membenarkan kalau musim panen seperti sekarang ini banyak petani yang merugi. Ia memberi keterangan, untuk biaya pengerjaan tanah seluas 1 hektar membutuhkan modal Rp 7 juta, belum termasuk tenaga dan fikiran menunggu selama tiga bulan panen.
Penghasilan normal petani untuk tanah seluas 1 hektar, hanya menghasilkan gabah enam ton, kalau pengerjaan bagus bisa tujuh ton. Tetapi sebaliknya, kalau musim jeblok seperti sekarang ini, hasilnya hanya lima ton.
Dikatakan, harga awal panen seperti ini sudah jeblok sekitar Rp 230 per kg. Ia mengkhawatirkan panen raya nanti lebih parah lagi,hanya sekitar Rp 150 per kg. Hal semacam ini sudah terbiasa dialami petani bertahun-tahun.
“Yang namanya petani/ wong cilik tidak bisa berbuat apa-apa, hanya pasrah kepadaNya yang di atas,” ungkapnya. Itu pun kalau petani yang mempunyai lahan seluas satu hektar, hasilnya bisa dihitung. Sedang petani yang rata-rata hanya mempunyai seperempat ha, hasilnya akan lebih parah lagi, katanya.***