Pembangunan Jalur Bus Transjakarta Cileduk-Tendean Harus Diprioritaskan
Oleh: Anthon P Sinaga

ilustrasi
PEMBANGUNAN jalur bus transjakarta yang menghubungkan daerah Cileduk ke Jalan Kapten Tendean, Jakarta Pusat atau Cileduk – Blok M, Jakarta Selatan, seperti sudah direncanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sangat mendesak untuk diprioritaskan. Hal itu mengingat Jalan Raya Cileduk saat ini sudah betul-betul mendekati stagnan. Apalagi menjelang Pasar Cipulir, kemacetan lalu lintas sudah luar biasa, sangat padat dan menjengkelkan.
Sepanjang Jalan Raya Cileduk mulai dari Kebayoran lama sampai perbatasan Kota Tangerang, terkenal daerah padat penduduk yang membutuhkan transportasi massal. Padahal, jalur jalan tersebut juga selama ini merupakan satu-satunya perlintasan kendaraan-kendaraan pribadi dari kantong-kantong perumahan baru yang berkembang pesat di daerah selatan dan barat Jakarta, di kiri- kanan jalan tersebut.
Masih ditambah lagi, dengan tumbuh suburnya kawasan perumahan baru di daerah Kota/Kabupaten Tangerang yang juga melewati jalan raya satu-satunya tersebut.
Oleh karena itu, rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang akan fokus membenahi BRT (bus rapid transit) di Jakarta, haruslah memprioritaskan jalur transportasi yang kondisinya sudah mendekati stagnan sekarang ini, yaitu jalur Jalan Raya Cileduk.
Sesuai dengan rencana Pemprov DKI akan membuat jalur transjakarta dari Jalan Kapten Tendean menuju Jalan Ciledug Raya, maka yang paling tepat dibangun, adalah jalan layang, karena lebar jalan di Jalan Ciledug Raya tidak memungkinkan lagi untuk dibuat jalur khusus busway.
Apabila jalur layang transportasi massal ini sudah beroperasi, maka beban Jalan Raya Cileduk akan sangat berkurang, apalagi kalau jalan layang itu tidak hanya diperuntukkan bagi bus transjakarta. Seperti jalang layang nontol Ampera Raya di Jakarta Selatan, sangat membantu kelancaran lalu lintas ke daerah Kebayoran dari daerah Cipete, atau Cinere, walaupun saat ini belum maksimal pemakaiannya.
Khusus mengenai kondisi bus transjakarta buatan Tiongkok yang banyak rusak dan berkarat sebelum digunakan, sudah amat tepat kebijakan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama untuk menggantinya dengan bus buatan Eropa yang lebih tangguh dan bermasa pakai yang lebih panjang.
Pembelian bus transjakarta impor buatan Tiongkok yang mangkrak karena tidak layak digunakan sebagai angkutan umum yang aman, kini menjadi kasus yang membuat dua pejabat Dinas Perhubungan DKI menjadi tersangka.
Untuk mencari armada pengganti, sebuah perusahaan pembuat bus dan truk dari Swedia, merek Scania, baru-baru ini telah memamerkan bus gandeng dengan bahan bakar gas untuk transjakarta. Wagub Basuki mengatakan, setelah Scania, diharapkan tahun depan perusahaan pembuat mobil dari Jerman, Mercedes Benz, juga akan menawarkan produknya. Sehingga, armada bus transjakarta kelak, direncanakan naik kelas dengan menggunakan merek-merek berkelas dengan mutu terjamin tentunya.
Selain pembenahan bus transjakarta dalam kota, rencana Pemprov DKI akan memperluas pelayanan lintas provinsi, yakni ke provinsi Jawa Barat dan Banten, juga amat mendesak mengingat kebanyakan pekerja di Jakarta bertempat tinggal di dua provinsi tersebut. Yakni di Bekasi sampai Cikampek, Krawang, Bogor, Depok, Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan bahkan sampai perbatasan Kabupaten Serang.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, M Akbar belum lama ini memang sudah mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan rute perpanjangan transjakarta dari Pulogadung ke Harapan Indah, Bekasi. Rute ini akan menjadi rute pertama lintas provinsi transjakarta. Diharapkan perpanjangan rute transjakarta lintas provinsi ke arah Bogor dan Tangerang, juga segera menyusul.
Namun, yang paling mendesak saat ini adalah jalur transjakarta ke arah Ciledug, Tangerang Kota, sudah harus diprioritaskan pembangunannya berupa jalan layang. Alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur dari APBD DKI Jakarta tahun 2014 ini, kiranya cukup besar untuk mewujudkan rencana itu. ***