Site icon TubasMedia.com

Pedagang Buah Impor Resah

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

YOGYAKARTA, (TubasMedia.Com) – Para pedagang buah impor di Yogyakarta resah sejak penelitian Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menemukan ada indikasi bahan pengawet kimia pada buah impor. Penemuan itu membuat konsumen buah di Yogyakarta mulai enggan membeli buah impor. Konsumen buah impor banyak yang sudah tahu kalau buah impor terindikasi bahan kimia pengawet.

Pantauan tubasmedia.com di lapangan menemukan para pedagang buah mengeluh karena mengalami kerugi akibat buah impor yang dijanjakan tidak dilirik konsumen. Buah yang sudah terlanjur ditampung dengan membayar uang kontan, sebagai akibat tidak laku menjadi membusuk.

Kelik, seorang pedagang buah impor di Jalan Wates Yogyakarta mengaku rugiratusan juta. ‘’Jika begini ya harus banting harga dan haluan untuk mensiasati keadaan’’ katanya. Ny. Sri yang sering menerima buah-buahan impor dari broker dengan membayar separuh dan penagihannya berdasarkan buah yang laku dijual, mengaku bingung karena selama ini di tempatnya usaha belum ada petugas BPOM Yogyakarta melakukan survei dan mengecek buah impor yang dijualnya.

Menurut Ny. Sri jangan di-gebyah uyah, kasus buah impor yang ditemukan Jakarta terindikasi mengandung bahan pengawet kimia juga ditemukan di Yogya. “Belum tentu begitu. Banyak pedagang yang sering makan buah impor sehat-sehat saja” katanya. Bisa jadi itu ulah pedagangnya sendiri yang melakukan sistem suntik, biar buah yang dijual tetap manis dan awet, tahan lebih lima hari.

Para pedagang yang menjajakan buah impor di wilayah Yogya masih bersikap jujur dan apa adanya. Tapi, Tukino, pedagang buah impor di Pasar Bringhardjo tidak tahu persis apa yang terjadi. Pasang surut penjualan buahan terutama buah impor disebabkan perilaku konsumen di Yogyakarta tidak seperti di Jakarta. Situasi Yogya lebih cenderung tenang, beli buah hanya ala kadarnya saja.

Secara terpisah Minto, seorang broker buah impor dari Jakarta yang memiliki tempat singgah di jalan Kaliurang mengatakan sentimen pasar kerap kali mengganggu peredaran buah impor. Memang ada sebagian yang menggunakan bahan kimia pengawet dan sudah dihentikan. Buah impor yang dijual para pedagang di Yogyakarta sudah bersih dari bahan kimia pengawet. “Itu ulah nakal para pedagang yang menginginkan buah apel tahan lama dengan diberi bahan pegawet dan jeruk disuntik obat tertentu supaya manis” ungkapnya.

Di Kebumen

Hampir semua kios-kios buah yang berada di pasar maupun di sepanjang jalan protokol kota Kebumen, didominasi 75% buah impor, dibandingkan produk lokal, demikian hasil pantauan tubasmedia.com) di lapangan, belum lama ini.

Hal ini juga dikatakan Saliyah, pemilik kios buah yang berada di Pasar Tumenggungan, Kota Kebumen, seperti apel, jeruk, klengkeng, anggur, pisang, dan lain-lainnya 75% impor. Tetapi juga masih ada produk lokal seperti buah apel Batu Malang, jeruk Purworejo, jeruk Jember dan semangka dari Yogyakarta.

Masfuah, juga pemilik kios buah di Pasar Tumenggungan Kebumen menambahkan, hampir tiap hari 5-7 distributor yang datang untuk menawarkan produk impor dari luar kota seperti Jakarta, Cilacap, dan Purwokerto. Harganya bervariasi, seperti apel merah impor dijual dengan harga Rp18 ribu per kg, sedangkan apel Malang jenis biasa seharga Rp12 ribu per kg, dan yang super Rp15 ribu per kg. “Konsumen masih nenyukai atau membeli buah impor, karena penjualannya lancar dan stabil,” katanya.

Tasikmalaya

Isu formalin pada buah impor yang dijajakan di pasar Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat tidak mempengaruhi omzet penjualan buah impor. Justru, pasokan buah impor kepada para pedagang semakin melimpah dengan harga normal. Banjir pengiriman buah impor sebagai persiapan menyambut datangnya bulan puasa.

Mang Karim (52), seorang pedagang buah kepada tubamedia.coms mengatakan, sejak beberapa bulan terakhir ini, omzet penjualan buah impor normal dan sangat diminati masyarakat. “Buah impor selain tampak segar, harganya agak miring dari harga buah lokal” ungkapnya. Karim mengaku mendapat omzet antara Rp 200.000 hingga Rp 500.000 per hari. Omzet penjual buah impor masih tetap stabil dan digandrungi warga masyarakat Tasikmalaya.

Menjelang bulan puasa tahun ini, pasokan buah impor bertambah dari bulan biasanya, karena meningkatnya permintaan konsumen. Justru buah lokal yangsaat ini sulit didapat seperti jeruk Garut Buah lokal itu sejak beberapa bulan terahkir ini hilang dari pasaran sehingga harganya yang biasanya Rp 10.000/kg kini naik menjadi Rp 20.000/kg. Isu formalin (bahan kimia pengawet) pada buah impor belum bayak berpengaruh. Buah-buahan impor masih tetap membanjiri pasaran di wilayah Kabupaten dan Kota Tasikmalaya

Sementara itu, diterima informasi dari toko buah All Fresh, Jakarta bahwa memang benar, ada buah impor yang disuntik bahan-bahan berbahaya agar awet. Bahkan buah lokal seperti p;isang katanya juga sudah banyak yang disuntik bahan kimia berbahay dengan maksud agar rasanya manis dan tahan lama.

Namun dagangannya diakui terjamin karena mereka membelinya bukan dari pedagang perantara melainkan punya agen sendiri di Australia dan Selandia Baru. (bani/ahmad/hakri)

Exit mobile version