Pasar Obligasi Pekan ini Masih Terkonsolidasi

Loading

index

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI), Reza Priyambada memaparkan, laju pasar obligasi di pekan kemarin mampu berbalik menguat meski di akhir pekan cenderung melemah tipis seiring berkurangnya volume perdagangan pasca libur Imlek. Bahkan mampu melewati kekhawatiran sebelumnya dimana ada kecenderungan laju pasar obligasi akan bergerak konsolidasi di pekan kemarin.

Pada pekan ini pun laju pasar obligasi kurang lebih tidak jauh berbeda dengan pekan sebelumya dimana masih akan cenderung melanjutkan pola konsolidasinya. “Meski di pekan ini akan dirilis BI rate dimana kami perkirakan akan tetap di level saat ini namun, tampaknya pelaku pasar telah price in,” ujar Reza, Senin (23/2/15).

Laju pasar obligasi terlihat kembali naik meski beberapa di antaranya masih tipis pergerakan sepanjang pekan kemarin. Adanya keputusan tak terduga BI yang menurunkan BI rate nya tampaknya langsung membuat laju pasar obligasi, baik pemerintah maupun korporasi, mengalami kenaikan.

“Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang kembali mengalami kenaikan harga seiring dengan mulai turunnya yield yang merata pada seluruh tenor,” jelas Reza.

Penurunan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor menengah (4-7 tahun). Pergerakan yield tenor pendek mengalami penurunan namun, masih lebih rendah dibandingkan tenor menengah. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield 10,4 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar 27,33 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga -27,33 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±5 tahun cenderung menguat harganya hingga 98,66 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±10 tahun kembali naik harga hingga 195,21 bps.

Di pekan kemarin, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Utang Negara (SUN) untuk seri Seri SPN12160204 (reopening) dengan tingkat imbalan secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 4 Februari 2016; Seri FR0070 (reopening) dengan tingkat imbalan 8,38% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2024; dan Seri FR0068 (reopening) dengan tingkat imbalan sebesar 8,38% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2034.

Total penawaran yang masuk sebesar Rp36,09 triliun dimana seri FR0070 memiliki penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp 17,13 triliun dengan nilai yang dimenangkan ialah sebesar Rp 6,10 triliun.

Di sisi lain, untuk total keseluruhan penawaran yang dimenangkan hanya Rp 12 triliun. Total penawaran yang masuk lebih rendah dari total penawaran yang masuk sebelumnya sebesar Rp 40,23 triliun dengan penyerapan yang lebih rendah. “Dari empat seri SBSN yang di tawarkan, Pemerintah menyerap seluruh seri SUN,” imbuh Reza.

Pergerakan pasar obligasi yang cenderung menguat membuat permintaan akan tingkat yield masih menurun karena telah terkompensasi dengan pergerakan harganya yang meningkat. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk setiap seri a.l Seri SPN12160204 (6,24%); Seri FR0070 (7,27%); dan Seri FR0068 (7,70%).

Dari sisi bid to cover ratio memperlihatkan bahwa angka yang paling besar rasionya senilai 4,51x pada seri Seri SPN12160204 sehingga memberikan gambaran bahwa banyak pelaku pasar yang masih lebih memilih lelang obligasi jangka pendek untuk ditransaksikan karena lebih likuid dan berdurasi lebih pendek. Seri SPN-S11082015 memiliki jatuh tempo yang lebih cepat / pendek dibandingkan dengan jatuh tempo suku bunga SUN lainnya.

Meski nilai tukar Rupiah menjadi sentimen negatif yang dapat berpotensi melemahkan laju pasar obligasi namun, tampaknya pelaku pasar mendapat sentimen positif dari turunnya BI rate sehingga tingkat volatilitas yang ditawarkan kepada para pelaku pasar dapat direduksi.

“Dengan demikian, diharapkan adanya minat dari para pelaku pasar untuk kembali meramaikan pasar obligasi. Kami pun masih berharap laju pasar obligasi bisa lebih baik dari pekan sebelumnya seiring dengan membaiknya sentimen global,” ucap Reza.

Sepanjang pelaku pasar tidak banyak melakukan aksi jualnya maka laju pasar obligasi pun tidak akan turun negatif signifikan. Dengan demikian, jikapun terdapat pelemahan lanjutan maka diharapkan tidak akan terlalu dalam pelemahannya. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±85 hingga 175 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. (angga)

CATEGORIES
TAGS