Pabrik Baterai Mobil Berproduksi 2023, Indonesia Bisa Hemat Devisa Rp 28,9 Triliun/Tahun

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Dengan terbangunnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, Indonesia bisa menghemat pengeluaran untuk impor BBM jenis gasoline. Devisa yang bisa dihemat sekitar US$ 1-2 miliar atau setara Rp 14,4-28,9 triliun/tahun.

Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho mengatakan bahwa Indonesia masih mengimpor sekitar 400 ribu barel gasolin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.

“Selama ini kita masih mengimpor jenis gasolin sekitar 400.000 barel,” katanya dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Indonesia (UI), Kamis (24/6/2021).

Menurutnya menjadi suatu hal yang sangat strategis jika Indonesia bisa memproduksi sedikitnya sekitar 600 ribu kendaraan listrik per tahun untuk menekan konsumsi BBM.

“Kita akan menghemat jumlah impor BBM ke Indonesia secara signifikan,” sebutnya.

Melalui konversi kendaraan berbahan bakar BBM ke kendaraan listrik maka berdasarkan hitung-hitungan, biaya yang dihemat dari impor BBM sebesar US$ 1-2 miliar.

“Kalau kita bisa mengubah ini menjadi EV (kendaraan listrik), tentunya dengan EV yang diproduksi dari Indonesia itu nilai saving dari nilai impor itu bisa mencapai US$ 1 sampai US$ 2 miliar per tahun,” tambah Toto.

Sebelumnya Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan pabrik baterai sel (cell battery) kendaraan atau mobil listrik di Indonesia mulai dibangun Juli atau selambat-lambatnya pada Agustus 2021 dan mulai berproduksi di 2023.

Ekosistem industri kendaraan listrik ini digarap oleh konsorsium yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LG International, POSCO dan Huayou Holding. Pabrik baterai kendaraan listrik ini akan memiliki kapasitas produksi baterai mencapai 10 giga watt per hour.(sabar)

 

CATEGORIES
TAGS