Laporan: Redaksi

SERIUS MENDENGAR – Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) Kementerian Perindustrian, Hasbih Assidiq Syamsuddin (kiri) bersama Kasubdit Industri Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan, A Rodji Almanshoer serius mendengar penjelasan salah satu jenis komponen pesawat Boeing Airbus dari VP Business Development PT Nusantara Turbin dan Propulsi, Fadzar Vira Caryanto (tengah) di Bandung, pekan silam. –tubasmedia.com/sabar hutasoit
BANDUNG, (TubasMedia.Com) – Peralatan industri jasa perbaikan mesin pesawat terbang milik PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NTP) anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia, jauh lebih lengkap dibanding jasa yang sama milik perusahaan Singapura.
Namun yang lebih terkenal dan lebih disengani konsumen adalah perusahaan jasa milik Singapura sementara milik Indonesia kurang digandrungi.
Pasalnya? Menurut VP Sales Product Integration & Trading PT NTP, Eka Wahyono, karena perusahaan di Singapura lebih tepat waktu, tertib dan lebih cepat.
Kalau soal mutu pekerjaan, lanjut Eka kepada TubasMedia.Com saat berkunjung ke lokasi PT NTP di Bandung kemarin, Indonesia tidak kalah, malah bisa disebut, mutu pekerjaan Indonesia masih lebih unggul dibanding negara lain.
Wartawan TubasMedia.Com berada di lokasi PT NTP besama rombongan Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP), Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin, Hasbih Assidiq Syamsuddin yang melakukan kunjungan kerja ke Bandung.
Menurut Eka, jika pengusaha Indonesia mau menepati janji kepada konsumen yang melakukan perbaikan di Indonesia, order ke dalam negeri akan terus membanjir. Akan tetapi budaya kerja yang lamban dan kurang menghargai dan menghormati hak-hak konsumen membuat jasa perbaikan mesin pesawat terbang di tanah air menjadi kurang digandrungi para perusahaan penerbangan asing lainnya.
Dia menyebut, di Singapura misalnya, jika dipastikan dua hari perbaikan mesin pasti selesai, janji itu pasti dan selalu ditepati atau bisa-bisa lebih awal dari janji.
Namun di Indonesia, jika dijanjikan dua atau tiga hari, bisa-bisa molor menjadio satu minggu atau lebih. ‘’Inilah budaya yang harus kita kikis dan tidak boleh lagi dipertahankan apalagi persaingan degan dunia luar semakin ketat,’’ lanjut Eka menambahkan andaikata masyarakat penjual jasa di tanah air mau dan siap merubah diri sebagai pelayan, nasib Indonesia akans emakin membaik lagi.
Kini PT NTP melayani tidak kurang dari 60 perusahaan yang tersebar di ASEAN, Timur Tengah dan Eropa. (sabar)