Site icon TubasMedia.com

Merinding Mendengar Kota Bangkrut

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

KABAR buruk ini harus menjadi pelajaran bagi para bupati/wali kota/gubernur dan bahkan presiden. Semoga setelah membaca berita itu dengan seksama, hati “beliau-beliau” terbuka, bukan malah tertawa. Berita itu tentang kebangkrutan Kota Detroit di AS. Masak, ya kota bisa bangkrut. Kota kan bukan entitas bisnis? Mengapa bisa bangkrut?

Buat kita yang penting jangan sampai hal itu terjadi di Indonesia. Belum menjadi kaya sudah mau bangkrut. Janganlah, nanti semua repot. Indonesia pernah dikabarkan menjadi negara gagal saja sudah banyak yang bereaksi keras terutama para petinggi negara. Apalagi bila dikatakan bangkrut, wah bisa gegeran, karena kita gampang panik.

Harga daging sapi meroket sudah marah-marah. Kalau dipelajari latar belakangnya memang banyak faktor, tetapi ada dua hal yang menarik,yakni soal tata kelola dan korupsi. Di dua area ini, Indonesia masih memprihatinkan, meskipun dunia mengatakan, negara kita termasuk yang dipuji sebagai salah satu negara yang berhasil mengelola kebijakan makronya,yaitu di bidang moneter dan fiskal.

Utang Indonesia masih jauh di bawah ambang batas yang diperkenankan, yaitu sekitar 30% dari PDB. Batas maksimal yang diperkenankan adalah 60% dari PDB. Begitu pula defisit anggarannya, yaitu sekitar 2% lebih, masih di bawah ambang batas maksimum yang diperkenankan, yakni 3% dari PDB.Tapi, di sektor pelayanan publik belum pernah beres dan kualitasnya buruk. Korupsi merata di pusat dan daerah.

Di lingkungan lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif, ada yang doyan makan uang rakyat. Belanja kita besar, tapi pendapatan terbatas dan lebih kecil dibandingkan dengan yang dibelanjakan. Korupsi, boros, dan business as usual dalam mengelola anggaran negara belum berhasil dibenahi. DPR rajin menyetujui pemekaran wilayah baru, yang nota bene akan menambah pos belanja baru.

Detroit bangkrut,Yunani, Spanyol, dan Italia di zona euro juga nyaris bangkrut karena utangnya jauh di atas ambang batas maksimum yang diperkenankan, yaitu 60% dari PDB negara yang bersangkutan. Tata kelola yang buruk dan korupsi yang tak kunjung padam adalah virus yang bisa menyebabkan kebangkrutan negara/pemerintah pusat dan daerah.

Potensi Bangkrut

Pada krisis 1998, bukankah negara ini nyaris bangkrut sampai disuntik dengan bantuan IMF.Jadi potensi untuk bisa menjadikan negara bangkrut selalu terbuka. Berandai-andai saja, jika infrastruktur jalur pantura sepanjang 1.800 km tidak bisa dibenahi, karena dananya kurang, apa jadinya? Keburukan dan kelemahan itu memang patut terus diangkat sebagai bahan pemberitaan agar kalangan penyelenggara negara sadar.

Tata kelola harus terus dibenahi tanpa henti. Korupsi harus diberantas tuntas dengan tindakan nyata, bukan dengan diperdebatkan dan diramaikan melalui talk show, seminar, dan sebagainya. Detroit bisa bangkrut.Negara pun bisa bangkrut, termasuk Jakarta, Surabaya, dan kota lainnya. Karena itu lakukan dua hal tadi, yaitu tata kelola dibenahi dan korupsi harus digasak habis.

Restrukturisasi kelembagaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif sudah waktunya dilakukan. Sebaiknya tidak parsial, tapi menyeluruh, antara lain, dengan merampingkan fungsi-fungsi yang sudah tidak seharusnya lagi dikerjakan oleh pemerintah. Pemekaran wilayah jangan menjadi proyek politik, karena begitu keberadaannya disahkan, pada saat itu pula muncul masalah baru. Apakah berkaitan dengan kewenangan, anggaran, dan lain-lain. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kebangkrutan Detroit. ***

Exit mobile version