Merespon Prabowo, IDI Ingatkan, Memproduksi Dokter, Bukan Solusi
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyayangkan wacana percepatan produksi dokter yang disinggung calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Masalah kesehatan di Indonesia tidak sepenuhnya disebabkan kurangnya tenaga dokter. Demikian juga masalah pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak bisa diselesaikan hanya semata membangun rumah sakit dan fasilitas modern.
Hal itu diutarakan Ketua Umum IDI dr Adib Khumaidi, mengomentari uraian capres Prabowo saat debat capres Minggu malam. IDI mengatakan persoalan kesehatan tidak selalu dijawab dengan memproduksi dokter.
‘’Tapi harus diikuti dengan bagaimana pemetaan tenaga dokter di setiap daerah untuk mencegah terjadinya overload,’’ jelasnya.
Hal yang kemudian dikhawatirkan adalah terjadinya ‘overload‘ sehingga banyak lulusan dokter pada akhirnya tidak jelas bisa berpraktik. Demi pelayanan yang baik di setiap fasilitas kesehatan, dokter juga tidak bisa bekerja sendiri, selalu memerlukan tenaga kesehatan pendukung seperti perawat hingga bidan.
Hal tersebut otomatis menjadi tantangan berikutnya jika ingin memproduksi jumlah dokter sebanyak mungkin.
“Problemnya bukan produksi, permasalahannya adalah tadi belum terlalu detail disinggung mengenai tata kelola tenaga kesehatan,” bebernya saat ditemui detikcom di Gedung Transmedia, Minggu (4/2/2024).
“Sehingga bicara 300 FK dengan setiap FK akan bisa memproduksi dalam setahun minimal mahasiswa 50, artinya 50 dikalikan 300, itu 15.000, apa yang terjadi kalau membuka FK tanpa membuat aspek kebutuhan atau peta kebutuhan tadi, maka yang terjadi adalah overload,” sorotnya.
Pentingnya produksi dibarengi distribusi optimal juga tidak lain mengedepankan kesejahteraan tenaga dokter dan tenaga kesehatan. Para capres perlu memperhatikan jenjang karier sampai dukungan sarana dan prasarana di setiap faskes.
“Bukan hanya membangun RS, fasilitas modern saja, tetapi itu juga perlu ini yang kemudian perlu disampaikan itu adalah buat dulu need assessment,” tuturnya.
“Yang itu belum terjawab dari aspek setiap daerah punya pemetaan dokter dan dokter spesialis, makanya kita harus berangkat dari identifikasi kebutuhan, setiap daerah harus membuat need assessment kebutuhan dokter dan dokter spesialis,” lanjut dia.
Kurang 90.000 Bukan 140.000
Di sisi lain, mengacu pada standar ideal WHO 1 dokter per seribu penduduk mengenai kebutuhan dokter, artinya diperlukan 270 ribu dokter untuk 270 juta penduduk Indonesia. Dengan ketersediaan dokter saat ini di 180 ribu, tentu kekurangannya tidak mencapai 140 ribu sebagaimana yang diutarakan Prabowo.
“Nah kalau kemudian bicara dari sisi produksi, maka kita bicara assessment dulu dong, jadi apakah di setiap wilayah negara RI ini totally kebutuhan dokternya itu sebanyak itu? Karena kalau kita bicara 270 ribu dokter dengan 270 juta penduduk sebetulnya kita hanya kurang 90 ribu saat ini, bukan 140 ribu,” tegasnya.
Sejumlah isu kesehatan disorot dalam debat Capres kelima, Minggu (4/2/2024). Mulai dari stunting hingga pemerataan dokter dan layanan kesehatan. (sabar)