MENYONGSONG PTA 2015 – Industri Galangan Kapal Minta Kemudahan Investasi
Laporan: Redaksi

Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin, Ir Soerjono MM
JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Paling tidak ada tiga langkah utama yang harus ditempuh pemerintah agar industri perkapalan nasional bisa eksis di masa mendatang, khususnya dalam memasuki Pasar Tunggal Asean (PTA) yang akan diberlakukan mulai 31 Desember 2015. Tanpa langkah itu, Indonesia nantinya hanya bisa jadi penonton.
Hal itu diutarakan Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin, Ir Soerjono MM kepada tubasmedia.com di Jakarta kemarin.
Ketiga langkah dimaksud kata Soerjono, pertama pemerintah harus berani memberi insentif yang bisa menjadikan industri galangan kapal nasional mampu bersaing dengan industri galangan kapal internasional. Kedua, program nasional wajib ada yang mengarah kepada efisiensi penggunaan kapal untuk mengganti kapal-kapal yang sudah berusia tua dengan kapal-kapal yang baru dan yang harus diproduksi di Indonesia. Bukan kapal impor.
Ketiga, pemerintah harus memberi kemudahan investasi dalam bidang pengadaan lahan untuk industri galangan kapal. Misalnya, untuk memperoleh lahan, berilah kemudahan kepada investor untuk menempati sebidang tanah tanpa harus membayarnya secara tunai.
‘’Nanti kalau industri galangan kapal tersebut sudah mulai bergerak dan berkembang, barulah lahan tersebut dibayar. Bukan bermaksud gratis, tapi hanya sekedar kemudahan,’’ jelas Soerjono.
Mengenai insentif yang diusulkan, Soerjono mengharapkan agar insentif tersebut adalah insentif yang jelas dan pasti agar dunia usaha bisa memprediksi jalannya usaha secara jelas dan pasti.
Menjawab pertanyaan, Soerjono mengatakan jika pemerintah tidak memiliki kemauan politik untuk memajukan industri galangan kapal nasional, sulit membayangkan bagaimana nasib dunia maritim Indonesia di masa mendatang.
‘’Tanpa ada kemauan politik, ketahanan nasional di bidang industri perkapalan tidak mungkin bisa terwujud,’’ katanya.
Disebutkan bahwa, dalam menyongsong PTA 2015, Thailand, Vietnam dan Philippina sudah membentengi dirinya di bidang industri galangan kapal dengan cara melibatkan industri perkapalan asing.
Artinya, ketiga negara yang menjadi pesaing Indonesia itu sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri guna menghadapi pertarungan ketat pada PTA 2015. Kalau Indonesia tidak siap dan tidak mau mempersiapkan diri mulai sekarang, lanjut Soerjono, kapal-kapal asing produk merekalah yang akan mengarungi samudera Indonesia yang begitu luas dan Indonesia tinggal gigit jari dan bisanya hanya jadi penonton saja.
Di bagian lain keterangannya dikatakan bahwa ntuk membangun industri galangan kapal nasional, harus ada keberpihakan pemerintah ke bidang industry galangan kapal yang artinya, semua stake holder negeri ini harus menyatakan dukungannya secara full sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
Soerjono memberi contoh, seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengoperasikan kapal seharusnya wajib hukumnya membeli kapal buatan dalam negeri dan jangan sekali-kali membeli kapal asing, baik yang bekas apalagi yang baru.
‘’Gunakanlah produksi dalam negeri. Indonesia sudah mampu koq membangun kapal. Kita punya tenaga ahli sehingga tidak perlu diragukan. Berikan saja dulu kesempatan,’’ tegasnya.
Di akhir obrolan, Soerjono juga menyinggung tingkat suku bunga bank yang teramat tinggi di Indonesia serta buruknya kondisi infrastruktur. Kedua hal ini katanya tidak kalah penting peranannya dalam menghadapi persaingan PTA 2015. Karena itu, para pemangku kepentingan saatnya meninjau kebijakan perbankan agar pelaku usaha Indonesia, dari sisi suku bunga bank, tidak terlalu kalah dengan pengusaha asing.
Demikian juga infrastruktur. Tidak ada jalan lain selain membenahinya dan membuatnya sesempurna mungkin. (sabar)