LAMPUNG, (tubasmedia.com) – Industri pengolahan kopi nasional selama ini baru mampu menyerap sekitar 35 persen produksi kopi dan sisanya sebesar 65 persen masih diekspor. Sedangkan tingkat konsumsi kopi masyarakat Indonesia relatif masih rendah, rata-rata hanya 1,1 kg perkapita/tahun.
Dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Minggu malam disebutkan bahwa untuk meningkatkan serapan kopi oleh industri, strategi yang perlu dilakukan adalah memperluas ragam pemanfaatan atau diversifikasi produk kopi dari sebelumnya terbatas produk minuman lantas dikembangkan ke industri lainnya.
“Diversifikasi produk kopi tidak hanya sebagai minuman tetapi dikembangkan dalam berbagai jenis produk lainnya seperti kosmetik, herbal, farmasi, hingga essen makanan. Maka, mata rantainya makin panjang, beragam dan memberi nilai tambah yang dapat dinikmati petani sampai industri,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin usai mendampingi Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada Rapat Pengembangan Kopi Nasional di Lampung, Sabtu (13/2/2016). Turut hadir ialah Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Gubernur Lampung Ridho Ficardo, Gubernur Jambi Zumi Zola dan Plt Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi.
Untuk mempercepat peningkatan ragam produk turunan kopi, pemerintah terus menjamin iklim usaha yang kondusif bagi industri pengolahan kopi melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal serta penerapan standar.
Di dunia, Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam dengan produksi pada tahun 2014 sebesar 685 ribu ton atau 8,9 persen dari produksi kopi dunia dengan komposisi 76,7 persen merupakan jenis robusta dan sisanya arabika.
Sementara itu, tingkat konsumsi kopi masyarakat kita jauh di bawah negara – negara pengimpor kopi seperti USA 4,3 kg, Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 Kg dan Finlandia 11,4 Kg perkapita/tahun. (sabar)