Menghalalkan Segala Cara Watak Keserakahan

Loading

Oleh: Marto Tobing

ilustrasi

MENGHALALKAN segala cara adalah watak keserakahan. Sebab, manusia bermental serakah tidak akan pernah merasa cukup. Ungkapan rasa syukur atas perolehan yang diraih, pun tidak menjadi sikap kebersahajaan. Bahkan menghalalkan segala cara akan dilakukan sebagai modus operandi demi meraih apa saja yang diinginkan.

Kepekaan kebersamaam di antara sesama komunitas sosial pun semakin berjarak nyata ke arah ketimpangan. Kehidupan glamor atas kemewahan lebih di kedepankan tak perduli bahwa sesungguhnya kaki sebelah sudah berada di penjara. Kapan menjadi realita hanya tinggal menunggu, bersamaan dengan perjalanan waktu. Kaum serakah itu benar-benar tidak lagi muncul sebagai figur kepantasan sepatut mahluk sosial yang utuh.

Keterpurukan nilai peradaban yang mendera para elit harus hidup di penjara, jelas sangat menyakitkan tak terkecuali bagi seorang Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, Rudi Rubiandini, Miranda Goeltom, Muhammad Nazarudin, Nunun Nurbaeti, Ratu Atut, Akil Mochtar dan masih banyak lagi sebagaimana yang sudah diketahui publik melalui siaran berbagai media, termasuk yang bakal menyusul diantaranya Anas Urbaningrum, Surya Dharma Ali, Sutan Batogana dan Jero Wacik.

Pertanyaannya, apakah ada efek jera telah menyaksikan sendiri para koleha sesama elit itu diharuskan duduk di ruang sidang dan berakhir dengan hukuman penjara secara otomatis pula distatuskan lebih rendah menjadi terpidana hanya karena keserakahan dan ketamakan…? Penjara demi penjara yang diderita para elit sebelumnya, ternyata bagi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik (JW) nggak ngaruh, boro-boro efek jera. Sikap bebal yang melekat pada diri putra asal Pulau Dewata ini bahkan dinilai Ketua KPK, Abraham Samad (AS) dengan menyebut langsung JW adalah menteri yang hidup bermewah-mewahan dan serakah. Akibatnya JW harus membayar mahal dijerat KPK dengan pasal pemerasan terkait kewenangannya sebagai menteri.

1
2
CATEGORIES
TAGS