Site icon TubasMedia.com

Mengapa Teman Meninggalkan Kita?

Loading

Oleh: Marto Tobing

151114-RAGAM-1

KALAU ada teman meninggalkan kita, tentu kita harus bertanya pada diri sendiri mengapa temanku itu menghindar? Maka sewajarnya perasaan malu pada diri sendiri akan menyeruak. Itu baru sebatas pertemanan.

Bagaimana jika penjauhan diri itu terjadi pada wadah kebangsaan, tentu akan lebih menyedihkan lagi dan kedalaman rasa malu pun mengglobal hingga ke mancanegara. Sebab kabar tak enak datang dari kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia.

Seluruh warga Desa Kinokot, Kecamatan Lumbis Ogong, Nunukan, Kalimantan Utara telah menjauhkan diri dari rasa kebangsaannya. Kewarganegaraannya sebagai bangsa Indonesia dilepaskan pindah menjadi warga negara Malaysia. Mereka memilih Malaysia karena merasa lebih diperhatikan.

Terdapat 10 desa lainnya di perbatasan yang sebagian penduduknya sudah menjadi warga Malaysia. Bahkan, tiga dari 10 desa di Kecamatan Lumbis Ogong diduga telah diklaim Malaysia sebagai miliknya.

“Warga desa ini seluruhnya 100% memilih menjadi warga negara Malaysia,” kata Ramli selaku anggota DPRD Nunukan, melontarkan keprihatinannya kepada pers, Jumat (14/11).

Politisi PAN ini mendapat laporan setelah mengunjungi kawasan perbatasan bersama kolega di DPRD pada Rabu (12/11). Mereka berdialog dengan masyarakat di sana dan saat itulah diperoleh informasi warga Desa Kinokot itu telah menjauhkan diri dari lambang Garuda.

“Wilayah itu memang dekat dengan Malaysia, kawasan Sabah. Ini sejak lama masyarakat di desa itu memang kerja di Malaysia di perkebunan,” jelas Ramli.

Keadaan yang lebih merisaukan lagi karena desa yang masuk wilayah Indonesia itu tentu bisa diklaim menjadi milik Malaysia. Apalagi berada di zona perbatasan dan penduduknya sudah memegang Warga Negara Malaysia.

“Ini soal kesejahteraan. Dengan Malaysia mereka mendapat suplai gaji, fasilitas pendidikan semua disiapkan negara Malaysia. Mereka mendapatkan pekerjaan yang memadai. Bahkan penduduk di sana dikuliahkan di Medan sama Malaysia,” ujarnya.

Sebagai bangsa kita berharap pemerintah pusat segera bertindak. Jangan sampai soal penduduk dan perbatasan ini menjadi bumerang.

Sekretaris Daerah Kabupaten Nunukan Tommy Harun (TH) mengatakan, tiga desa di Kecamatan Lumbis Ongong, yaitu Sumantipal, Sinapad, dan Kinokod, dengan luas wilayah 54 ribu hektar memang sudah lama menjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia.

“Karena koordinat, Malaysia mengklaim itu masuk ke wilayah mereka. Sedangkan Indonesia juga sama mengklaim itu masuk wilayahnya,” kata TH.

Menurut TH, permasalahan ini sebenarnya sudah lama terjadi sejak dua puluh tahun silam. Namun, ujar TH, tidak ada upaya dari pemerintah pusat untuk menanggulanginya.

“Istilahnya, sudah lelah kami melaporkan ke pemerintah pusat. Mereka melemparkan dan hanya menyalahkan kami jika ada kasus seperti ini,” ujarnya.

TH mengatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah klaim Malaysia itu. Namun warga setempat seolah lebih rela bergabung ke negeri jiran ketimbang Indonesia.

“Ya, ibaratnya Malaysia yang lebih memberikan kesejahteraan dan akses transaksi perdagangan lebih dekat,” ujarnya. Niat mereka ingin gabung dengan Malaysia sudah membesar sepuluh tahun belakangan ini.

Minimnya penjagaan perbatasan, tutur TH, juga menyebabkan interaksi antara warga Malaysia dan Indonesia menjadi lebih intens. Artinya, iming-iming Malaysia dalam mendoktrin warga tiga desa itu untuk bergabung menjadi tidak terbendung. Wajar saja jika warga kita itu meninggalkan para sahabatnya sebagai bangsa karena mungkin mereka diwongke (dimanusiakan) di negeri Jiran sana. ***

Exit mobile version