Menampung Lima Jenis Industri, Sulteng Butuh Lahan 1.400 Hektar

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Proyeksi kebutuhan lahan pada tahun 2035 untuk aktivitas industri sesuai dengan akhir tahun perencanaan RIPIN, baik dalam bentuk kawasan industri, maupun non kawasan industri yang dibutuhkan,  mengacu pada proyeksi pertumbuhan industri untuk 5 jenis industri baik prioritas maupun unggulan seluas 14.009 Ha.

Hal itu dikatakan Direktur Pengembangan Wilayah Industri I, Kementerian Perindustrian, Arus Gunawan       kepada wartawan di ruang kerjanya kemarin.

Persentase terbesar ditempati oleh kebutuhan lahan untuk industri pengolahan nikel seluas 13385 Ha diikuti oleh kebutuhan lahan untuk industri pengolahan kelapa sawit (476 Ha) dan industri pengelolaan kakao (74,1 Ha). Selebihnya kebutuhan lahan untuk industri unggulan lain seperti rumput laut dan industri pengolahan ikan, masing masing 68,81 Ha dan 5,37 Ha

Sementara itu proyeksi kebutuhan energi terutama listrik sampai tahun 2035, diproyeksikan 7.975 MW dengan pemakaian energi listrik untuk industri pengolahan nikel 7.842 MW.

Sedangkan industri lainnya seperti industri pengolahan kelapa sawit membutuhkan 38 MW, industri pengolahan kakao 50,8 MW, industri rumput laut, 38,83 MW.

Kebutuhan air baku untuk aktivitas industri sampai tahun 2035  sebesar 8,15 M3/det.Kebutuhan ini untuk industri pengolahan nikel, industri pengolahan kelapa sawit, industri pengolahan kakao, industri pengolahan rumput laut dan industri pengolahan hasil ikan.

Arus mengatakan, untuk mendukung semua aktivitas industri prioritas dan unggulan Provinsi Sulawesi Tenggara kebutuhan SDM (sumber daya manusia) tahun 2035 sebanyak 93.875 orang yang dikelompokkan sesuai kebutuhan berdasarkan jenis industri  dimana industri pengolahan nikel dan produk hilirnya mencapai kebutuhan 72.156 orang, industri pengolahan kelapa sawit12.883 orang, industri pengolahan kakao 5.144 orang dan industri pengolahan rumput laut 3.692 orang.

Kebutuhan SDM tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan strata pendidikan yang dibutuhkan untuk masing-masing industri.

Kebutuhan yang tidak kalah penting untuk mendukung aktivitas industri kata Arus adalah perumahan dan pemukiman bagi karyawan industri-industri prioritas dan unggulan. Kebutuhan tersebut sekarang biasanya dipenuhi dalam bentuk bangunan vertikal sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan ini, karyawan akan tenang bekerja dan produktivitas makin meningkat.

Perumahan dan pemukiman sampai tahun 2035 yang dibutuhkan 19.521 unit, dimana persentase kebutuhan perumahan / pemukiman untuk industri masih mendapat porsi terbesar yaitu sebesar 13,750 unit. Diikuti industri pengolahan sawit dan rumput laut sebesar 2526 unit dan industri pengolahan kakao sebesar 720 unit.

Pelabuhan

Melihat proyeksi volume output dan input produksi yang di rencanakan untuk tahun 2035, dipandang perlu membangun pelabuhan yang memadai baik dari segi volume bongkar muat maupun dari segi teknis pembangunan pelabuhan dan terminal peti kemas yang dibutuhkan.

Peningkatan kapasitas bongkar muat pada pelabuhan IMIP Morowali yang sekarang 20 juta Tpy menjadi 40 juta Tpy pada tahun 2035

Peningkatan kapasitas bongkar muat pada pelabuhan di Virtue Dragon Industrial Park menjadi 30 juta Tpy tahun 2035

Pembangunan Pelabuhan Bintang Smelter Indonesia dan Ifisdeco dengan kapasitas 10 juta Tpy pada tahun 2035 ditambah dengan

peningkatan kapasitas Bungkutoko di Kendari menjadi 3,5 juta Tpy pada taun 2035

Disebutkan, selain industri pengolahan nikel, industri unggulan lain yang memerlukan infrastruktur adalah industri pengolahan kelapa sawit. Luasnya lahan kelapa sawit mulai dari Morowali sampai ke Konawe Utara dan Konawe, memerlukan infrastruktur pendukung industri yang memadai.(sabar)

CATEGORIES
TAGS