Membanjir Permintaan Papan Rotan
Laporan: Redaksi
PALU, (tubasmedia.com) – Permintaan masyarakat Eropa akan papan yang terbuat dari rotan mengalir deras. Namun kini Indonesia sebagai produsen papan rotan belum mampu memenuhimya karena kapasitas produksinya masih terbatas.
Hal itu dikatakan Pimpinan Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas), Prof DR H Andi Tanra Tellu, MS kepada tubasmedia.com saat berkunjung ke Pusat Pengembangan Industri Rotan Terpadu (PPIRT) Kawasan Industri, Palu Sulawesi Tengah, kemarin.
Akan tetapi untuk ke depan, permintaan pasar internasional dipastikan dapat dipenuhi menyusul akan dioperasikannya mesin pemroses rotan menjadi papan yang didatangkan dari Taiwan.
Saat ini kapasitas produksi papan rotan dengan cara manual hanya menghasilkan 5 meter kubik per alat per bulan sementara alat yang dimiliki baru 6 unit, itu artinya kemampuan produksi papan rotan baru 30 meter kubik setiap bulan.
‘’Tapi kalau mesin ini sudah dioperasikan secara maksimal, kapasitas produksi kita akan meningkat tajam dan berapapun permintaan pasar ekspor, kita akan layani,’’ kata Tanra.
Sementara itu, Drs Dodi Mulyadi, tenaga ahli Puat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas) mengatakan dengan melimpahnya bahan baku rotan di tanah air, diperlukan diversifiksi pengolahan rotan berupa papan rotan.
Papan rotan itu merupakan industri penyelamat lingkungan sebab rotan tumbuh pada pohon penyangga sehingga dibutuhkan pohon kayu penyangga yang kuat sehingga dengan demikian, kelestarian pohon-pohon besar terjaga untuk kelangsungan hidup tumbuhan rotan.
Keberadaan papan rotan itu katanya, mempunyai pangsa pasar yang baru, tidak hanya industri furniture rotan, pengolahan bahan baku rotan yang sebelumnya ada, juga akan tetap eksis.
Menjawab pertanyaan dikatakan diversifikasi pengolahan rotan menjadi papan rotan sangat menguntungkan sebab biaya produksi yang murah akan menciptakan harga produk yang relatif murah. Sifatnya-pun ringan, memberi keuntungan dalam delivery produk karena kualitas besar, namun tonase kecil.
Hal lain sebagai keuntungan diversifikasi produk tersebut adalah melimpahnya bahan baku rotan mentah dimana saat ini terjadi penumpukan di daerah-daerah penghasil rotan sebagai konsekwensi kebijakan larangan ekspor bahan baku rotan mentah.
Belum ditemukan solusi tepat guna yang dapat mengatasi permasalahan penumpukan tersebut, baik yang sudah dipanen maupun yang belum. Sehubungan dengan itu isu pelestarian lingkungan (eco green, eco labelling) diperlukan suatu industri yang sifatnya sebagai penyelamat lingkungan.
Papan rotan katanya, juga memiliki peluang untuk menyerap bahan baku rotan sebesar minimal jumlah kuota ekspor tahun sebelumnya serta menciptakan lapangan kerja baru dan menumbuhkembangkan IKM-IKM wirausaha baru.
Tapi karena produk ini masih tergolong baru, diperlukan rencana promosi yang tepat untuk mengenalkan papan rotan kepada masyarakat konsumen. (sabar)