Membangun Jiwa yang Harmonis

Loading

Oleh: Mursid

ilustrasi

ilustrasi

SEKARANG kita hidup dalam suasana reformasi, yaitu perubahan besar untuk mencapai perbaikan. Begitu pula pada diri kita perlu ada perubahan dari pribadi yang bergolak menjadi pribadi yang tenang dan tenteram, agar dapat menyikapi semua perubahan yang ada di masyarakat kita dengan tenang dan tenteram. Oleh karena pribadi yang memiliki jiwa yang tenang dan tenteram akan membantu lancarnya perubahan yang diinginkan, yaitu: menjadi masyarakat yang aman, damai, sejahtera, adil dan makmur.

Ketenteraman berhubungan erat dengan membangun iklim jiwa. Iklim jiwa manusia dipengaruhi oleh 3 komponennya, yaitu: angan-angan (pikiran), perasaan dan kemauan-kemauan (nafsu-nafsu). Apabila ketiga komponen itu dalam keadaan seimbang atau seirama (harmonis), maka akan didapat iklim jiwa yang tenang dan tenteram. Untuk membangun iklim jiwa yang tenang dan tenteram atau iklim jiwa yang harmonis diperlukan bekal, yang terdiri dari: 1) kemampuan dalam alam kesadaran (baik dalam pengertian maupun perasaan) untuk dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek;

2) mempunyai kemauan yang kuat (semangat positif); 3) kemampuan menyusun kekuatan/tenaga/energi. Dimana letak pengertian, kesadaran, kemauan (nafsu) dan sumber tenaga seseorang? Pengertian adalah satu aspek dari angan-angan, rasa adalah satu sifat dari kesadaran, sedang sumber tenaga bersumber dari nafsu-nafsu, kesemuanya itu berada dalam jiwa manusia.

Untuk mendapatkan iklim jiwa yang harmonis, atau jiwa yang kuat dimulai dengan mengolah jiwa dengan cara ditingkatkan, diperbaiki dan dipelihara, agar kondisi jiwa semakin hari semakin halus atau semakin kuat dan matang (dewasa). Iklim jiwa yang tenang dan tenteram menunjukkan bahwa jiwa itu sehat dan kuat. Ciri utama jiwa yang sehat dan kuat, adalah adanya keseimbangan (harmonis). Manusia yang mempunyai jiwa yang sehat dan kuat dapat menghadapi berbagai macam persoalan keduniawian dengan mudah, melihat persoalan dengan jernih, mengambil tindakan yang benar. Pada intinya dalam ketenangan jiwa akan tumbuh kebijaksanaan.

Dalam jiwa yang tenang dan teteram dapat terus mengikuti dinamika kehidupan yang ada, menghadapi perubahan yang terjadi dengan kebijaksanaan. Oleh karena orang yang memiliki jiwa yang tenang dan tenteram bukan berarti orang yang diam dan apatis, tetapi dia dapat mengunakan pikiran, perasaan, dan nafsu-nafsu dengan efektif dan efisien. Jiwanya terus bergerak mengikuti irama kehidupan dengan tepat, yang berarti tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan, dan tidak menyeleweng dari arah tujuan hidup yang benar. Mengatur pikiran, perasaan dan perbuatan (manifestasi dari pikiran, perasaan dan kemauan) yang harmonis, memerlukan iklim jiwa yang baik.

Iklim jiwa yang bergolak atau kacau menumbuhkan kemarahan, dendam, susah, kecewa, gelisah, ketakutan, curiga, intolerance, iri-hati, ingin menguasai, serakah, mabuk kekuasaan dan sebagainya. Keadaan jiwa yang bergolak tidak dapat menghadapi persoalan yang dihadapi dan membuat keputusan yang benar. Oleh karena pikiran yang tidak tenang, perasaan yang resah, nafsu yang negatif menjadi penghalang dalam menanggapi kejadian di luar dirinya yang ditangkap melalui kerja pancaindra.

Iklim jiwa manusia dapat diumpamakan seperti garis (curve), maka bentuknya tidak seperti garis lurus, akan tetapi bergelombang, yang menggambarkan adanya gerak. Sifat gerakan inilah yang menunjukkan apakah jiwa dalam iklim ketenangan atau tidak. Iklim jiwa tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh dari luar melalui pancaindra (yang disimpan dalam ingatan dan mempengaruhi iklim), yang semua itu dapat merusak keseimbangan (keharmonisan).

Hal ini karena jiwa hidup, mau tidak mau selalu bereaksi terhadap keadaan yang ada di luar diri itu sendiri. Reaksi itu berbeda-beda, tergantung dari pengaruh-pengaruh itu sendiri, besar-kecilnya, banyak-sedikitnya, lama-pendeknya jangka waktu (kualitas, kuantitas, frekuensi), akan tetapi juga tergantung dari taraf pengolahan jiwa dari setiap pribadi.

Persoalannya, dapatkah kita memengaruhi, menguasai, mengatur iklim jiwa kita? Pada umumnya sukar untuk memengaruhi tekanan-tekanan dari luar (memperkecil, mengurangi jumlahnya, atau menghindari), yaitu usaha kita untuk mengelola perasaan, khususnya menguasai emosi (emotion control). Jalan untuk menciptakan iklim jiwa yang sebaik-baiknya, serta memeliharanya tidak lain dari selalu berusaha membangun budi pekerti yang baik atau memupuk perilaku utama.

Caranya dengan mengarahkan pikiran selalu sadar pada kekuasaan Tuhan, perasaan percaya pada kekuasaan Tuhan sehingga perasaan menjadi halus, dan kemauan dan tenaga diarahkan untuk berbuat baik . Hal ini dilakukan setiap saat selama manusia hidup di dunia. Akhirnya jiwa menuju kesempurnaannya, hingga dapat mengamalkan perbuatan yang efektif dan efisien. Jiwa yang harmonis tidak akan mengalami ketakutan, waswas, iri-hati, serakah dan sebagainya.

Kesadaran kepada Tuhan yang mendalam akan menjadikan pikiran cerdas dan bijaksana. Kepercayaan yang kuat kepada Tuhan akan menghilangkan rasa ragu-ragu, kuatir. Percaya kepada Tuhan yang kuat membuat manusia memiliki sifat tabah dan jiwa tenang. Kemudian ketaatan nafsu-nafsu dalam melaksanakan perintah Tuhan akan menjadi jalan manusia memiliki sifat tekun menjalankan tugas dan kewajibannya sampai cita-cita menuju kesejahteraan bersama tercapai.

Jadi, kesimpulannya iklim jiwa yang harmonis (tenang dan tenteram) perlu ada reformasi jiwa dari diri kita sendiri dulu, sehingga dapat mengikuti reformasi yang ada dalam masyarakat, bangsa dan negara dengan tenang. Tetap berpikir positif pada setiap perubahan yang ada dalam keharmonisan jiwa. Apabila seluruh manusia di bumi ini mau mereformasi jiwanya menuju yang lebih baik sampai terjadi keseimbangan/keharmonisan, selamatlah bumi dan seisinya. ***

CATEGORIES
TAGS