Site icon TubasMedia.com

Lukman Sardi Ikut ‘Mendandani’ Karakter Anak-anak

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Di film Rumah Di Seribu Ombak, Lukman Sardi, aktor berwatak Indonesia, tidak hanya bermain melakoni peran sebagai Bapak Aminullah, tapi juga ikut ‘mendandani’ karakter para pemeran lainnya di film besutan produser dan sutradara Erwin Arnada. Maklum, para pemeran film tersebut adalah para pendatang baru di layar lebar. Dengan demikian karakter mereka pun masih harus dibentuk hingga menyerupai karakter cerita film.

Dijumpai tubasmedia.com di Epicentrum, Jakarta Selatan, Minggu pekan lalu, usai press screening film tersebut, Lukman mengaku senang ikut mengarahkan karakter para pemain film itu, terutama anak-anak. “Saya bukan mau menonjolkan kemampuan saya, tapi sebagai orang yang sudah biasa bermain film layar lebar, wajarlah bila kita berkesempatan mengarahkan para pendatang baru. Apalagi mereka sebenarnya punya talenta bermain film. Kita mau agar ada generasi baru nantinya,” ujar Lukman.

Lukman menilai, semua anak-anak yang ikut bermain di film Rumah Di Seribu Ombak sesungguhnya adalah anak-anak pintar. Tampak mereka punya passion di film. Namun, karena baru pertama kali ikut syuting (layar lebar), terkadang mereka mengalami situasi berbeda di depan kamera. Mereka terkadang grogi. Belum tahu bagaimana mereka harus berperan di depan kamera itu. Misalnya, bagaimana mereka harus memerankan adegan menangis. “Nah, situasi itulah yang harus kita arahkan,” lanjutnya.

Dia mengatakan, mengarahkan anak-anak tak begitu sulit. Sebab, anak-anak umumnya lebih ke logika. Susah kalau kita ngomong soal teknisnya. Jadi kekuatan mereka (anak-anak) hanya di spontinitas. “Mereka tak punya tendensi untuk harus kelihatan bagus. Mereka netral saja,” kata Lukman.

Menilai film Rumah Di Seribu Ombak, Lukman mengatakan, film tersebut sangat bagus, terutama ceritanya begitu kuat. “Film ini lebih menunjukkan toleransi beragama. Sebuah film yang sangat kena dengan situasi Indoensia saat ini. Belakangan ini sering terjadi konflik yang hanya karena perbedaan keyakinan, yang pada akhirnya isu-isu negatifnya muncul ke permukaan,” katanya.

Selain itu, menurut Lukman, film ini juga hendak menunjukkan bahwa Indonesia aslinya adalah seperti tergambar dalam film, yaitu fakta pluralism. Betapa pun orang-orang Indonesia memeluk beragam keyakinan, toh mereka tetap menjunjung rasa saling menghargai. (stevie)

Exit mobile version