Site icon TubasMedia.com

Lawakan Sekarang Nyaris tak Punya Etika

Loading

Laporan: Redaksi

Pelawak Didin Bagito

BERSAMA PENGGEMAR – Pelawak Didin Bagito (paling kiri) berpose bersama penggemarnya pada salah satu acara di Surabaya, pekan silam. (tubasmedia.com/sabar hutasoit)

SURABAYA, (TubasMedia.Com) – Pelawak kondang Didin “Bagito” berpendapat grup lawak yang ada dekade ini harusnya lawakannya lebih bermutu dan bermuatan pendidikan sebab latar belakang pendidikan mereka sudah lebih bagus dibanding pelawak-pelawak terdahulu. Tapi nyatanya miskin etika.

Pendapat itu dilontarkan Didin menjawab TubasMedia.Com saat bertemu dalam suatu kesempatan di Surabaya, pekan silam. “Ya benar. Pelawak sekarang nyaris tak punya etika bahkan saya pikir mereka itu bukan pelawak tapi pecanda,” katanya mengawali obrolan.

Antara pelawak dengan pecanda menurutnya nyata benar bedanya. “Kalau pelawak pasti selalu dan harus ada pesan moral dan edukasi yang dititipkan. Tapi kalau pecanda, ya begitulah, gak ada pesan apa-apa, seperti yang kita tonton bersama,” jelasnya.

Yang lebih memprihatinkan lagi, kata Didin yang duduk sebagai Sekjen Persatuan Seni Komedi Indonesia (PASKI) periode 2010-2013, adalah grup lawak saat ini jika melawak sering dan tampaknya harus dibarengi dengan adegan keras. Misalnya berantam, saling dorong, dipukul pakai benda, tonjok-tonjokan, saling tendang dan guling-gulingan di lantai dan yang berguling-guling di lantai cewek lagi.

“Di mana lucunya ya kalau harus memerankan adegan keras. Itu tidak mendidik apalagi kepada anak-anak kecil. Bisa-bisa anak-anak kecil itu menirukan adegan keras yang dipertontonkan para pelawak tadi,” katanya menambahkan celakanya, yang laku bagi stasiun-stasiun televisi saat ini adalah jenis-jenis lawak seperti itu.

Dampak negatif dari adegan-adegan keras yang dipertontonkan grup lawak saat ini katanya sudah sering membuat dirinya repot khususnya dari anak-anak. “Anak saya di rumah sudah protes. Pa..papa..koq ada yang dijorokin (didorong red.) memang begitu kalau melawak ya pa…,” kata Didin menirukan anak-anaknya.

Padahal lanjutnya, berhumor di panggung, bebannya sungguh berat yakni menyampaikan pesan mendidik yang penuh bermuatan moral. Pesan moral dari sebuah lawakan tidak bisa diabaikan dan pesan moral itulah yang paling utama. Misalnya lewat humor kita sampaikan pesan agar koruptor jangan korupsi lagi. Pemabuk jangan mabuk lagi, penjudi menghentikan judinya, tukang berantem menghentikan aksi berantemnya dan sebagainya.

“Dan supaya pesan moral itu nyampe, kita harus kuasai dulu permasalahan intinya, untuk kemudian kita suarakan lewat humor. Maka itu, lawak berada satu tingkat di atas serius,” jelasnya. (sabar)

Exit mobile version