Site icon TubasMedia.com

Korupsi, Sex dan Narkoba

Loading

Oleh: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

TIDAK ada satu orang-pun di muka bumi ini yang memungkiri kalau Indonesia adalah negara bermartabat, Pancasilais, agamais dan segudang lagi julukan yang isinya kebaikan. Satu lagi, toleran dan tidak akan menyingkirkan kaum minoritas. Menjunjung tinggi kepentingan umat dan semua pejabat dan akrobat politik mengatakan segala gerakannya dilakoni hanya untuk kepentingan rakyat banyak.

Sungguh indah dan manis kedengarannya. Akan tetapi, apakah stigma itu selurus dan sebanding dengan apa yang terjadi secara riel di negeri yang katanya kita cintai ini ? Jawabnya, jelas tidak, bahkan jauh panggang dari api.

Pasalnya? Coba saja lihat dan buktikan sendiri. Moral sejumlah pejabat negeri ini semakin bertambah bejad. Melakukan tindak pidana korupsi tampaknya tidak lagi dianggap sebagai suatu pelanggaran, akan tetapi sudah dijadikan merupakan bahagian dari tugas dan pekerjaan mereka di instansi atau kantor yang mereka pimpin.

Seluruh harta dan uang yang ada di sekitar wilayah kerja mereka, sudah dianggap milik nenek moyangnya dan dengan seenak perutnya mereka menggerus dan mengantonginya. Yang anehnya lagi, para pelaku koruptor itu dengan enteng dan full senyum di kamera masih berani mengatakan kalau dirinya bersih dari tuduhan kendati sudah tertangkap tangan oleh yang berwajib.

Hampir tidak ada lagi keengganan banyak pejabat negeri ini untuk melakukan tindak kejahatan, korupsi karena mereka mungkin merasa kendati tertangkap tangan oleh yang berwajib, di tingkat akhir persidangan, hukuman yang akan mereka terima masih bisa dinegosiasi dengan penegak hukum.

Bahkan tidak sedikit dari para tersangka koruptor, kini masih bisa menghirup udara segar, menikmati harta garongannya bahkan berniat mencalonkan diri untuk ikut serta bertarung merebut kursi kepemimpinan tertinggi di negeri ini. Ada memang satu dua yang sudah dikerangkeng dalam penjara.

Namun kabar berita yang kita dengar, mereka para koruptor yang berada di dalam penjara-pun tetap mendapat pelayanan terhormat dan dapat fasilitas khusus bahkan dapat mengendalikan perusahaannya dari balik terali besi. Rapat-rapat direksi perusahaan yang dipimpin terdakwa koruptor tetap bisa dijalankan di dalam hotel prodeo.

Yang lebih mengherankan lagi, terpidana mati kasus narkoba bisa dengan bebas membangun pabrik narkoba di dalam Lapas Narkotika Cipinang. Seiring dengan itu, sang terpidana mati-pun dapat denganm bebas melakukan hubungan asmara dengan pacarnya di dalam Lapas.

Tentang pabrik narkoba, sudah pasti si pemilik pabrik itu lebih aman mengoperasikan pabriknya di dalam Lapas ketimbang di luar sebab di dalamLapas pasti tidak ada lagi pihak yang merecoki, malah sebaliknya, semua pihak yang ada di Lapas, baik para tahanan maupun aparat, sudah dapat dipastikan turut serta melindungi.

Yang lucu dan aneh, MenteriKehakiman dan Hak Azasi Manusia Amir Syamsudin dalam kaitan pabrik ekstasi di Lapas Cipinang hanya mengatakan kalimat singkat dan pendek ‘’memalukan’’. Seorang anak remaja saat mendengar ucapan itu berkomentar, ‘’kalau bisanya hanya mengatakan memalukan, anak kecil-pun bisa jadi menteri’’.

Nah terkait dengan julukan negeri kita yang sangat bermartabat namun kenyataannya amat bejat, dapatkah kita cari obat penangkalnya? Barangkali para petinggi kita dorong agar mau dan berani mlakukan tindakan tegas kepada para pelanggar dan siap pula untuk tidak lagi melakonkan pencitraan yang tidak ada manfaatnya kepada rakyat. ***

Exit mobile version